APAKAH TUHAN YANG MENJADI UTAMA?

HARI MINGGU BIASA KE – 13 ( A )

Bc.1. 2raj.4:8-11,14-16           Bc.2. Rom. 6:3-4, 8-11                        Bc.3. Mat. 10:37-42

Menjadi berkat adalah panggilan setiap murid-murid Tuhan.  Panggilan itu harus terus-menerus disedari dan dihayati, bukan hanya dalam liturgi tetapi juga dalam konteks hidup sehari-hari.  Dengan menjadi berkat kepada sesama, kita akan semakin menampakkan wajah Allah yang penuh belas kasih kepada umat manusia.

Apakah Tuhan yang menjadi utama?

Siapakah atau apakah yang mengambil tempat utama dalam hidup kita? Apakah kita mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya? Allah sessungguhnya telah meletakkan kita pertama dalam pemikiran-Nya, perhatian, dan mengutamakan kesejahteraan dan masa depan kita. Tuhan mengasihi kita lebih dulu dan kasih kita kepada-Nya adalah respon kepada kebaikan dan belas kasihan Allah kepada kita. Walaupun ketika kita hanyut oleh kesombongan dosa kita sendiri, ketidaksetiaan dan ketidakpercayaan kita, Allah memilih untuk memberikan Anak-Nya sendiri, Yesus Kristus, Tuhan, yang memberikan nyawanya demi untuk kita manusia, untuk melepaskan kita dari perhambaan dosa, Iblis , dan kematian.

Bukti yang paling besar akan kasih Allah kepada kita ialah dengan memberikan Anak-Nya yang telah menumpahkan darah-Nya bagi kita di kayu salib. Kematiannya mematahkan kutukan kebinasaan dan penghukuman, dan memenangkan kita pengampunan dan mengangkat kita sebagai anak-anak Allah Bapa. Melalui kemenangan salib dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus menawarkan kita hidup baru yang berlimpah melalui karunia dan kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita.

Roh Kudus mengungkapkan kepada kita kasih Bapa yang kekal melalui Tuhan Yesus Kristus, yang datang menjadi manusia dan tinggal berserta kita untuk mempersatukan kita dalam ikatan perdamaian dan kasih dengan Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memerintahkan murid-muridnya mentaati dan megasihi-Nya di atas segalanya tanpa berbelah bagi.  Tuhan Yesus memberi kita jaminan dan janji bahawa Dia akan membangkitkan tubuh kita yang fana menjadi seperti-Nya sehingga kita dapat sepenuhnya berbagi dalam kebangkitan-Nya untuk selama-lamanya.

 Tuhan tidak ada bandingan. Itulah sebabnya kita memberikan segala  kesetiaan, kepercayaan, dan ketaatan kepada Bapa yang kekal, Putera, dan Roh Kudus. Yesus mencabar pengikutnya untuk memeriksa diri, siapakah yang menjadi keutamaan mereka?  Seorang murid yang sebenar adalah yang mengasihi Allah di atas segala-galanya dan bersedia untuk meninggalkan semuanya demi kasih kepada Allah.  Yesus menegaskan bahawa murid-muridnya memberi kesetiaan yang selayaknya kepada Allah, kesetiaan yang lebih tinggi nilainya daripada pasangan atau keluarga terdekat. Kadangkala keluarga atau kawan boleh menjadi musuh kita, jika mereka menjadi penghalang atau penyebab kita jauh dari Allah.

Kasih Allah kepada kita mendorong kita untuk memilih; siapakah atau apakah yang kita lebih utamakan dalam kehidupan kita. Kita boleh memilih banyak perkara yang  menjadi keutamaan kita, seperti mengutamakan kuasa, pangkat dan kedudukan, harta benda, dan kekayaan, tetapi hanya kasih Tuhan yang dapat memberikan kita kehidupan yang sejati dan kekal.  Perintah pertama dan terutama adalah dengan mengasihi TUHAN, Allah kita, dengan segala akal budi, (Mat 22:37). Jika kita mengusahakan kasih Allah dan meletakkan kerajaan-Nya pertama dan utama dalam kehidupan kita, maka Dia akan memberi kita semua yang kita perlukan sekarang dan pada masa kehidupan akan datang.

Dalam pada masa yang sama, cinta kasih sejati kepada Tuhan mendorong kita untuk mempraktikkan amal perbuatan belas kasihan dan kebaikan terhadap sesama yang juga dikasihi Allah kerana Dia menciptakan sesama kita menurut gambar dan rupa-Nya. Santa Theresa dari Kalkuta pernah menceritakan sebuah kisah luar biasa tentang sebuah keluarga miskin yang sudah beberapa hari tidak menjamah sebarang makanan. Ketika berita tentang keadaan keluarga yang miskin ini sampai ke pengetahuannya, Santa Theresa dari Kalkuta secara peribadi pergi ke rumah mereka dan membawa makanan. Ibu dari keluarga yang miskin itu segera membagi setengah dari makanan tersebut dan membawanya pergi. Ketika si ibu balik, Mother Theresa bertanya, “Di mana kamu pergi?” Dia memberi jawaban sederhana dan ringkas, “Untuk jiran saya, kerana mereka juga lapar!” Mother Theresa berkata, “Saya tidak terkejut dia membahagikan makanan itu – orang miskin benar-benar sangat murah hati. Saya terkejut si ibu tahu jiran mereka juga kelaparan. Selalunya, apabila kita menderita, kita begitu terfokus pada diri kita sendiri, kita tidak mempunyai masa untuk orang lain.”

 Yesus menyatakan bahawa setiap kebaikan yang dilakukan dan pertolongan yang diberikan kepada sesama, tidak akan kehilangan berkatnya. Walau sekecil mana perbuatan yang didasari oleh cintakasih pasti akan membuahkan berkat yang berlimpah seperti mana Bacaan pertama dari Kitab 2Raja-Raja.  Nabi Elisa mengalami kebaikan dan kemurahan dari sepasang suami isteri yang kaya di Sunem.   Pasangan suami isteri itu telah menyediakan tempat bagi Nabi Elisa di rumah mereka.  Melalui Nabi Elisa, Tuhan Allah telah membalas kebaikan pasangan itu dengan mengaruniakan  anak kerana mereka belum mempunyai anak. Allah sesungguhnya Maha Murah!     Sebagai pengikut Kristus kita dipanggil untuk menjadi baik dan murah hati seperti Dia. Yesus memberi contoh dimana matlamat utama dalam hidup yang melebihi segala pengorbanan adalah kesatuan dengan Tuhan.  Menyatukan hati, fikiran, dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Ganjaran akan kehidupan yang kita berikan kepada Allah dan menaati-Nya adalah Allah sendiri – sumber damai dan sukacita sejati yang berlangsung selamanya.

Allah Bapa Yang Maha Pengasih, kami bersyukur atas sakramen cinta kasih-Mu ini. Semoga dengan menerima sakramen ini, kami semakin tergerak untuk mencintai sesama dan Kaukuatkan untuk memanggul salib kehidupan kami masing-masing seraya mengikuti Putera-Mu menuju kehidupan abadi yang Kaujanjikan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

Sharing is caring!