HARI MINGGU ALKITAB 2017: ALKITAB DIGUNAKAN UNTUK PELAYANAN PASTORAL

Alkitab digunakan untuk Pelayanan Pastoral

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah

dan Firman itu adalah Allah.” (Yoh 1:1)

Wahyu Ilahi sebagai Tuhan mewahyukan dirinya

Iman Katolik kita berdasarkan pada wahyu ilahi.  Sebelum Konsili Vatikan II, konsep “wahyu” adalah merujuk kepada senarai kebenaran yang mana memberi informasi tentang Tuhan.  Walau bagaimanapun di dalam Konsili Vatikan II pemahaman kita tentang wahyu berkembang menjadi Tuhan mewahyukan dirinya di dalam peribadi Yesus yang adalah Firman menjadi manusia.  Kristus, Friman yang kekal datang mewahyukan wajah Tuhan kepada manusia serta juga menjemput setiap orang masuk kedalam kesatuan intim di dalam kehidupan Tritunggal yang Mahakudus .

Sebenarnya, iman Kristiani muncul dari pertemuan dengan Kristus.  Apabila Yesus yang adalah Firman Allah berbicara, Dia menyerukan keterbukaan  dari para pendengar untuk memberi respon kepada-Nya dalam iman dengan memungkinkan Dia untuk mengubah arah hidupnya.  Sepertimana Emeritus Pope Benedict XVI menulis di dalam Deus Caritas Est,”Menjadi Kristian bukannya kesan dari pilihan etika atau idea luhur, tetapi suatu pertemuan secara peribadi, yang mana memberikan cakrawala baru, dan arah yang pasti”

Alkitab dan Umat Katolik pada masa kini

Pada masa kini, manusia cenderung mempunyai masa lapang yang sedikit atau tidak mempunyai masa dan ruang untuk hening, mereka terburu-buru untuk memenuhi ketepatan waktu tugasan yang diberi dan bertujuan untuk menjadi produktif.  Sebagai Umat Katolik,  kita juga dapat terjebak dalam kesibukan menyelesaikan sesuatu, bahkan di arena Gereja, sehingga kita lupa apa yang paling penting iaitu pertemuan dengan Kristus. Lebih mudah menjadikan diri kita sibuk dengan melakukan kegiatan amal dan tugasan organisasi di paroki-paroki dan mengabaikan untuk menanamkan sifat doa dengan Firman Tuhan.  Semakin kita menjadi tuli kepada Firman Tuhan, semakin besar bahaya iman kita hadapi menjadi basi dan kering.  Sepertimana yang dikatakan oleh Fr.Meehan , “Jangan bekerja keras untuk Tuhan sehingga anda lupa Allah yang siapa anda bekerja”.

Berdoa dan membaca Firman Allah  bukanlah suatu yang  menjadi kebiasaan di kalangan Katolik. Bahkan, banyak keluarga memiliki  Alkitab tetapi banyak menganggapnya hanya sebagai hiasan  di rumah mereka. Malah kebanyakan berpandangan  yang salah bahawa Alkitab  tidak ada tempat di dalam tradisi Katolik.

Bagi sebilangan umat Katolik , Firman Tuhan, tidak masuk akal untuk kehidupan mereka saat mereka mencari arah hidup, bergulat dengan penyakit dan usia, mengatasi rasa sakit dan kehilangan, dalam dunia pekerjaan untuk memenuhi keperluan dan sebagainya. Namun, mereka perlu menemukan jawapan yang ada di dalam Alkitab bahawa halaman dalam Alkitab  mengandungi jawapan untuk masalah dan pertanyaan-pertanyaan mereka. Allah berbicara kepada mereka melalui firman-Nya dan memimpin mereka untuk menemukan ketenangan dalam kehadiran-Nya ditengah-tengah pergolakkan hidup seharian.  Dengan itu mereka dapat bersedia memberikan kesaksian dan harapan kepada sesiapa sahaja yang meminta.

Ia juga menjadi pandangan umum di kalangan kaum muda bahawa Alkitab hanya sebagai buku yang mempunyai banyak ayat yang mengarahkan mereka apa yang Tuhan harapkan dari mereka.  Ramai juga yang mendapati Alkitab tidak memberi penjelasan secukupnya persoalan hidup yang rumit disekeliling mereka.  Oleh itu ramai orang muda yang sudah dewasa mendapati Alkitab tidak menarik dan tidak relevan unntuk kehidupan mereka dan melihatnya tidak ada keperluan untuk membacanya.  Apakah yang dapat dilakukan oleh Gereja supaya umat lebih dekat kepada Friman Tuhan?

Menjadikan Alkitab sebagai inspirasi dalam semua pelayanan pastoral

Peranan Gereja adalah untuk memudahkan dan mempromosikan relasi intim pertemuan antara Kristus dan Umat-Nya yang penuh rahmat melalui Firman-Nya.  Oleh itu amat penting bagi semua umat diberi galakkan untuk mendengar Firman Tuhan dengan penuh perhatian dan berdoa membaca Alkitab, supaya kehidupan beriman tidak pernah kehilangan kegairahan dan penuh semangat.

“Di sepanjang perjalanan Sinod ini ada panggilan untuk komitmen pastoral yang khusus untuk menekankan Firman Tuhan menjadi pusat dalam kehidupan Gereja dan ada rekomendasi yang kuat kepada “kerasulan alkitab”, bukannya terasing  dari semua bentuk pelayanan pastoral tetapi menjadikan Alkitab sebagai inspirasi kepada semua pelayanan pastoral.  Ini tidak bermaksud menambah mesyuarat di paroki-paroki atau keuskupan-keuskupan , tetapi menyelidiki aktiviti harian di dalam komuniti Kristiani, paroki, kerasulan dan komiti untuk melihat apakah mereka  ambil peduli untuk menggalakan pertemuan peribadi dengan Kristus yang memberi diri-Nya kepada kita dalam firman-Nya”.

Sebagai Umat Allah,  terdapat banyak segi bagi kita sebagai para katekis, religius, paderi, ibubapa, guru-guru dll dapat mengambil  komitmen untuk menjadikan Firman Tuhan pusat kehidupan kita serta juga dalam kehidupan Gereja, dan menggalakan transformasi kehidupan pertemuan peribadi dengan Kristus.

Untuk memulakan dan mempertahankan relasi peribadi ini, kita harus mengenali peranan utama mereka yang dipercayakan untuk mewartakan Firman Tuhan setiap hari.  Firman Tuhan adalah dasar kehidupan Gereja, umat perlu mendengar pewartaan yang sejati dari para pengkhutbah yang mana hidup mereka sendiri menjadi orang-orang yang berdoa dan menghidupi Firman itu dalam kehidupan mereka seharian.  Direktori Cara Memberi Khutbah yang diterbitkan oleh Kongregasi Penyembahan Ilahi dan Sakramen  menyatakan: “Khutbah yang disampaikan adalah dalam kontek doa dan ia harus dalam bentuk doa di dalam kontek doa.”    Oleh itu berkhutbah adalah tugasan yang kudus dimana para pengkhutbah bercakap dari dalam hati kepada para pendengar dan Kristus harus ada di dalam khutbah itu, hanya Kristus sahaja.  Para pengkhutbah harus menjadi orang-orang pendoa agar memberi tidak menjadi “tin kosong yang hanya berkhubah secara luaran namun dalamannya hidup kosong”.

Firman Tuhan menyentuh semua realiti  kehidupan

Paroki haruslah menjadi sebagai pusat di mana umat  dari pelbagai latarbelakang dapat berkumpul sebagai sebuah komuniti iman untuk mendengar dan mengaplikasikan Firman Tuhan dalam kehidupan mereka supaya dalam perjalanan kehidupan menjadi Kristian yang semakin sejati.  Para paderi dan umat disetiap paroki haurslah menjadi kreatif dalam menciptakan peluang supaya Alkitb dapat di dengarkan, didoakan dan dikongsikan.  Sering kali, teks Alkitab hanya digunakan sebagai alat bantu untuk pembelajaran dalam moral atau hanya sebagai alat untuk perbincangan bagi mengisi masa.  Para katekis, pemimpin belia, formator umat dll,  mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suasana di mana umat Katolik yang muda dan dewasa boleh memperkembangkan kemampuan untuk mendengar kepada Yesus dan secara peribadi mengalami kuasa firman-Nya yang membawa transformasi kepada hidup mereka.

Supaya Alkitab menjadi relevan kepada kehidupan umat, paroki-paroki haruslah memikirkan mengadakan pelayanan pastoral Alkitab yang menyediakan respon dari alkitab kepada persoalan hidup seperti penyakit, pertelingkahan perkauman, tiada keadilan, kematian, dsb supaya umat dapat mempunyai jawapan yang diterangi oleh firman Tuhan.  Ini juga merupakan pengalaman Sto.Augustine dimana hidupnya berubah apabila membenarkan firman Tuhan menggema dalam pergulatannnya menjadi murni  sewaktu berdoa di dalam sebuah taman, dia mendengar suara seorang anak yang berkata, “Tolle, lege!”(“Ambil dan baca!”)  Sto.Augustine mengambil alkitabnya dan membaca petikan pertama dan memandang tepat kepadanya.  Petikan itu adalah Roma 13:13 .  Petikan alkitab itu memberi maksud yang mendalam kepadanya yang mana hidupnya berubah setelah mengalami secara peribadi dengan Firman Tuhan.

Komuniti Katolik  dapat membantu mempromosi Alkitab melalui muzik nyanyian yang dicipta dari petikan alkitab, buku-buku komik atau seni lukisan dari orang-orang muda untuk lebih menghargai Firman Tuhan.  Adakan lebih banyak pelayanan di dalam pelayanan belia  berpusat hanya pada Alkitab di mana para remaja dan belia dapat bertemu Kristus yang hidup melalui doa dan perkongsian Firman.

Para ibubapa dan penanggung memainkan peranan penting dalam membentuk iman anak-anak dan remaja dengan memberi contoh dan menjadi orang dewasa yang hidup mereka berdasar dan berakar dalam firman Tuhan.  Bapa suci Francis ketika memberi khutbah kepada para ibubapa dan penanggung berkata, “setiap hari jadikan ia sebagai tabiat untuk membaca petikan dari Injil, membawa buku injil yang kecil di dalam beg supaya anda boleh  membacanya. Dan ini akan menjadikan contoh kepada anak-anak anda yang melihat ayah, ibu, penangung, datuk, nenek, makcik dan pakcik membaca firman Tuhan.”

Lektio Divina

Konsili Vatikan II menyatakan bahawa “Agar santapan sabda Allah dihidangkan secara lebih melimpah kepada Umat beriman, hendaklah khazanah harta Alkitab dibuka lebih luas” .  Rata-rata umat Katolik mendengar Firman Tuhan ketika menghadiri perayaan Misa.  Interaksi mereka dengan Firman Tuhan berkahir ketika mereka meninggalkan bangunan gereja dan kembali kepada rutin seharian mereka.  Oleh itu ada keperluan yang mendesak pada masa kini untuk “membawa kembali teks alkitab dari pinggiran menjadi pusat agar teks dihidupi secara mendalam dalam kehidupan Kristiani.”

Cara yang berkesan membawa Alkitab pada pusat kehidupan Kristiani ialah menggunakan keadah yang digelar sebagai Lektio Divina, yang mana ia adalah amalan tradisi monastik sejak abad ke 6.  Ia mengandungi 4 langkah: Baca, Renung, Kontemplasi dan Menghidupinya.  Lektio divina boleh digunakan mana-mana sahaja kelompok di dalam paroki.  Sebenarnya, ia adalah cara yang secara langsung  dapat disesuaikan untuk kanak-kanak dan kelompok belia di paroki-paroki.

Langkah pertama Lektio Divina ialah mendoakan dan membaca secara peribadi petikan Alkitab.  Ia mengambil teks Alkitab itu sehingga meresap di dalam hati seseorang itu dan membuka dirinya untuk berdialog dengan Yesus.  Langkah kedua dalam Lektio Divina ialah merenungi Firman Tuhan dan seseorang itu menetap pada perkataan, frasa atau petikan itu.  Apabila seseorang itu mula merenungkan pada Firman itu dia akan secara perlahan-lahan dibawa dari perkara-perkara dalam fikiran kedalam perkara-perkara hatinya.  Dari hatinya seseorang itu mulai kontemplasi dan menikmati kehadiran Tuhan dalam keheningan tanpa apa-apa perkataan.  Dari berdoa, membaca, merenungi dan kontemplasi Firman itu, seseorang akan dibawa menjadi “pelaku Firman” .  Firman Tuhan berbuah apabila seseorang itu mulai menghidupinya dan menjadikannya sebagai karunia untuk orang lain.  Sepertimana yang dikatakan oleh Bapa Suci Francis, “kehidupan Kristiani adalah: mendengar kepada firman Tuhan dan mengamalkannya.”

Penutup

Pada Hari Minggu Alkitab ini, marilah kita dengan rendah hati memberi kesyukuran kepada Tuhan atas karunia Firman-Nya yang tidak dapat dinilaikan.  Kristus tidak pernah keletihan untuk berbicara dengan setiap kita dan senantiasa mengobarkan jiwa kita dengan api kasih-Nya.  Semoga kita senantiasa bersemangat untuk disegarkan dengan Firman agar  kita menjadi murid-murid Firman yang menjadi manusia, Tuhan dan Allah kita.

Soalan-soalan renungan:

1)  Sebagai umat Katolik, apakah kita bersukacita didalam Alkitab sebagai khazanah rohani kita?

2)  Apakah Firman Tuhan memberikan penyegaran untuk iman kita setiap hari?

Oleh Sr Sandra Seow, FMVD

BULAN KITAB SUCI: SEBAGAI SEORANG KATOLIK BAGAIMANAKAH KITA MENTAFSIR ALKITAB PADA MASA INI?

alkitab

SEBAGAI SEORANG KATOLIK

BAGAIMANAKAH KITA MENTAFSIR ALKITAB PADA MASA INI?

 

Artikel berikut adalah berdasarkan kepada seksyen yang bertajuk Tafsiran Kitab Suci di dalam Gereja dari VERBUM DOMINI, Gesaan Apostolik Pasca Sinode Paus Benedict XVI tentang FIRMAN ALLAH DALAM HIDUP DAN MISI GEREJA dan diberikan untuk renungan, doa dan tindakan anda pada HARI MINGGU ALKITAB 2015 oleh Komisi Alkitab Serantau Konferensi Para Uskup Malaysia-Singapura-Brunei.

Ketika kita berusaha untuk membaca dan memahami Alkitab, kita mungkin bertanya sama ada terdapat cara Katolik yang tersendiri untuk melakukan demikian. Bagaimanakah pendekatan kita terhadap Firman Tuhan ketika kita cuba untuk memahami dan menghidupinya dalam kehidupan kita seharian?

ALKITAB –BUKU BAGI KOMUNITI GEREJA YANG HIDUP

Apabila kita cuba untuk memahami dan mentafsir Alkitab, perlu diingat bahawa “Alkitab telah ditulis oleh Umat Allah untuk Umat Allah, di bawah inspirasi Roh Kudus.” Oleh itu, kita harus ingat bahawa hanya dalam kesatuan dengan Umat Allah kita benar-benar dapat masuk ke dalam pusat kebenaran seperti yang Allah ingin sampaikan kepada kita. Ya, kita mungkin membaca Alkitab secara individu untuk pertumbuhan peribadi kita sendiri, tetapi kita mesti sentiasa ingat bahawa Alkitab berkembang daripada pengalaman hidup Umat Allah dan dengan itu kita mesti melihat mesejnya melalui pandangan komuniti yang dibimbing oleh Roh yang mewujudkannya dan secara terus melihatnya sebagai Firman Tuhan kepada manusia.

Gereja mentafsirkan Kitab Suci Yahudi yang kita kenali sekarang ini sebagai Perjanjian Lama dalam terang Inkarnasi, Kehidupan dan Pelayanan (khususnya, Kesengsaraan, Kematian dan Kebangkitan) Tuhan Yesus Kristus. Begitu juga pengalaman Gereja tentang Yesus semasa Dia masih di dunia dan kemudian selepas Kenaikan-Nya ketika ia berkembang sejak permulaan semasa Pentekosta telah mewujudkan kitab-kitab Perjanjian Baru. Jika Alkitab difahami sebagai datang dari Gereja, maka sesungguhnya,bersama dengan Gereja dan berharmoni dengan ajarannya dan di bawah bimbingan Magisterium (kuasa mengajar Gereja) kita perlu mentafsirkan kandungan dan mesejnya seperti apa yang Allah hendak sampaikan.

TAFSIRAN

KAEDAH:Terdapat pelbagai kaedah telah digunakan untuk memperoleh pemahaman teks-teks Alkitab yang lebih kaya. Hasil kerja terkini dalam mentafsirkan Alkitab banyak bergantung kepada kaedah ‘kritikal-bersejarah’ yang sangat diperlukan itu dan lain-lain kaedah analisis teks terbaru yang telah membawa banyak manfaat. Kaedah kritikal-bersejarah memperhatikan jenis dan gaya (genre) penulisan dan juga cuba untuk melihat konteks peristiwanya yang berlaku pada ketika itu sebelum cuba untuk melihat mesejnya untuk masa kini. Sesungguhnya kaedah penyelidikan serius sejarah adalah penting bagi pemahaman yang sepatutnya bagi mana-mana teks.

KRITERIA: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan Kedua, Dei Verbum menunjukkan tiga kriteria asas untuk penghayatan dimensi ilahi Alkitab:

  • Teks ini mesti ditafsirkan dengan perhatian diberikan pada kesatuan seluruh Kitab – Oleh itu kita tidak harus cuba untuk melihat satu petikan secara berasingan dari apa yang dinyatakan oleh seluruh Kitab Suci.
  • Harus diambil perhatian keseluruhan Tradisi Gereja yang hidup–Sekali lagi kita melihat petikan tidaklah secara berasingan dari segi masa tetapi bagaimana ia telah dilihat sepanjang zaman sejak dari gereja awal dan seterusnya.
  • Perhatian penuh harus juga diberikan kepada analogi iman –Satu-satu petikan tidak boleh dilihat bertentangan dengan iman dan ajaran Gereja.

EKSEGESIS ALKITAB DAN TEOLOGI

Sejarah adalah medan di mana Allah berkarya. Oleh itu ia perlu ditafsirkan berdasarkan iman dan taakulan. Eksegesis Alkitab atau Tafsiran perlu selaras dengan Teologi. Dengan cara ini, kita dapat mengelakkan subjektif yang keterlaluan dan kesembarangan yang melampau seperti yang berlaku kepada para fundamentalis, di mana taakulan diabaikan atau kecenderungan untuk merohanikan segala sesuatu. Walaupun kita selalu bermula dengan melihat teks daripada erti kata hurufiahnya, kita juga mesti terbuka kepada mesej di luar darinya yang membolehkan aspek kerohaniannya juga muncul dan tidak membenarkan diri kita dimanipulasi atau menjadi tersilap. Pengertian rohani adalah “erti yang diungkapkan oleh teks-teks alkitab apabila dibaca di bawah naungan Roh Kudus, dalam konteks misteri paska Kristus dan hidup baru yang mengalir daripadanya.” Oleh itu, tafsiran Kitab Suci mesti melibatkan kehidupan dan iman peribadi kita. Pentafsiran melihat kebenaran yang menyelamatkan itu bagi kehidupan individu Kristian dan Gereja. Ia menghargai nilai sejarah tradisi alkitabiah dan bertujuan untuk mencari makna hidup dalam Kitab-kitab Suci untuk kehidupan umat beriman pada hari ini.

Untuk tujuan ini, tafsiran kita harus menelusuri dari apa yang tersurat kepada apa yang tersirat. Firman Allah bukanlah semata-mata perkataan. Proses pentafsiran sebenar bukanlah semata-mata proses intelek tetapi juga sesuatu yang dihidupi, memerlukan penglibatan sepenuhnya dalam kehidupan Gereja, iaitu kehidupan “menurut Roh” (Gal 5:16).

BAHAYA
Salah satu bahaya ialah Alkitab dilihat hanya sebagai buku sejarah, berkaitan dengan masa lampau tanpa menyedari bahawa ia juga berguna pada hari ini. Ia juga mempunyai mesejnya yang tersendiri untuk masa kini!

Satu lagi bahaya ialah mengkajinya dengan pemikiran duniawi tanpa mata iman. Sebagai contoh, apabila unsur ilahi hadir, ia dijelaskan secara terkeluar makna dan direndahkan hanya kepada unsur manusia. Dengan cara ini, ia menafikan sejarahannya dalam unsur ilahi. Ini boleh membahayakan kehidupan Gereja kerana ia membawa keraguan ke atas asas misteri Kristianiti dan kesejarahannya.

Walau bagaimanapun, adalah penting untuk kita ingat bahawa tafsiran Alkitab atau eksegesis “benar-benar setia dengan makna sebenar teks-teks alkitab bila ia bergerak bukan sahaja ke pusat formulasi mereka untuk mencari realiti iman yang dinyatakan, tetapi juga bertujuan untuk mengaitkan realiti ini kepada pengalaman iman dalam dunia kita sekarang”. (Verbum Domini 37) Firman Allah adalah aktif dan hidup. Ia ditujukan kepada kehidupan kita di sini dan pada masa ini.

KAITAN ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN BARU

Kita juga perlu mengambil kira kaitan antara Perjanjian Lama dan Baru. Perjanjian Baru itu sendiri mengakui Perjanjian Lama sebagai Firman Tuhan dan dengan itu menerima wewenang Kitab Suci bangsa Yahudi. Perjanjian Baru sering menggunakan bahasa yang sama dan sering merujuk pada petikan dari Perjanjian Lama. Ia dengan jelas mengakuinya dengan memetik banyak bahagian darinya sebagai asas untuk berhujah. Perjanjian Baru dilihat sebagai memenuhi Perjanjian Lama tetapi ini perlu dilihat dalam syarat-syarat berikut:

  • Aspek kesinambungan asas, seperti yang dilihat dalam penggunaan tipologi Perjanjian Baru. Ibrani 11:17-19 berkenaan dengan korban Ishak yang membawa kepada Allah menerima dia kembali dalam terang ayat 19:. “Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati”, Allah mengangkat Ishak kepada kehidupan adalah tipologi pengorbanan Yesus dan kebangkitan dari antara orang mati.
  • Aspek ketidaksinambungan, berkenaan dengan institusi dalam Perjanjian Lama. Sebagai contoh, Keimamatan Agung Kristus dalam Surat kepada orang Ibrani dilihat sebagai berbeza dari keimamatan Perjanjian Lama.
  • Aspek pemenuhan dan transenden. Kita melihat ini dalam Yesus memetik Yesaya ketika Dia memulakan misi-Nya dalam Lukas 4:18-19.

PETIKAN YANG SUKAR

Terdapat petikan “gelap” atau sukar dalam Alkitab yang kita terpaksa hadapi – beberapa darinya mengandungi unsur keganasan dan tidak bermoral. Apa yang kita perlu ingat di sini ialah wahyu Alkitab adalah progresif; Rancangan Tuhan dimanifestasikan secara progresif dan ia disempurnakan secara perlahan-lahan, secara berperingkat-peringkat dengan berturut-turut. Walaupun terdapat kelemahan, Allah memilih bangsa Israel dan sabar berkarya untuk membimbing dan mendidik mereka. Kita mesti memahami tahap budaya dan moral dizaman yang sangat berbeza daripada masa kita sendiri di mana kejadian keganasan dan pembunuhan beramai-ramai tidak dikecam. Di sini kita perlu membenarkan pakar-pakar yang berkelayakan untuk membantu kita memahami konteks yang berbeza dan melihat jauh untuk melihat apa yang mendasari mesej Allah.

EKUMENSIME

Mentafsirkan Alkitab juga melibatkan hubungan kita dengan umat Kristian lain. Kesatuan umat Allah, yang mana mahu dipulihkan oleh gerakan ekumenikal, secara mendalam berasaskan Kitab Suci. Dengan mendengar, berkongsi dan bermeditasi bersama-sama pada Kitab Suci, kita mengalami persekutuan sebenar, walaupun persekutuan yang tidak sempurna. Ini mendorong kita ke arah dialog kasih dan membolehkan pertumbuhan dalam dialog akan kebenaran.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, orang-orang kudus menonjol sebagai contoh terbaik bagi kita hari ini sebagai orang-orang yang telah benar-benar menghidupi Firman Allah. Mereka membiarkan diri mereka dibentuk oleh Firman Allah melalui mendengar, membaca dan meditasi, membenarrkan diri mereka menjadi “tanah yang baik” di mana penabur ilahi menanam Firman.

Semoga Firman menghasilkan dalam diri kita buah-buah kekudusan, “ada yang tiga puluh kali ganda, ada yang enam puluh kali ganda, ada yang seratus kali ganda” (Markus 4:20).

Teks penuh Verbum Domini boleh dilihat di

http://w2.vatican.va/content/benedict-xvi/en/apost_exhortations/documents/hf_ben-xvi_exh_20100930_verbum-domini.html

SOALAN UNTUK REFLEKSI:

  1. Bagaimanakah kita sebagai seorang Katolik mempengaruhi cara kita mentafsir Alkitab?
  2. Lihatlah bacaan Hari Minggu ini. Apakah kaitan antara Bacaan Pertama dengan Injil? Bolehkah anda melihat a) kesinambungan, b) ketidaksinambungan, c) kepenuhan?
  3. Apakah pendekatan saya terhadap petikan-petikan yang sulit dalam Alkitab?