KELUARGA KARMEL BERSUKACITA ATAS PERSEMBAHAN DIRI KETIGA ANGGOTA KONGREGASI

SONY DSC

Tambunan – Dua biarawati dan seorang biarawan dari Pertapaan Karmel Kaingaran, menorehkan sejarah dalam kehidupan mereka masing-masing. Mereka mengikrarkan kaul sementara dan kaul kekal dihadapan Tuhan dan disaksikan oleh umat yang hadir. Upacara tersebut dilaksanakan di Chapel St Maria Magdalena, Khamis (16/07) yang lalu.

Dalam rangkaian perayaan Ekaristi, mereka bertiga satu per satu maju di depan altar Tuhan dan mengucapkan janji setia layaknya suami isteri saat menerimakan sakramen perkahwinan. Namum kesetiaan itu bukanlah terfokus pada manusia, melainkan pada Tuhan dan pelayanan. Mereka pun menandatangai apa yang diucapkan itu diatas selembar kertas.

SONY DSC

Brother Xaverio Gurtiniani CSE mengikrarkan kaul sementara di hadapan Bro Theresius CSE selaku Local Superior bagi komuniti CSE Sabah.

SONY DSC

Sr Regina P.Karm mengikrarkan kaul sementara di hadapan Sr Maximilian Soon P.Karm selaku Local Superior bagi komuniti Putri Karmel di Sabah

SONY DSC

Sr Augustine Marie P.Karm mengikrarkan kaul kekal di hadapan Sr Maximilian Soon P.Karm selaku Local Superior bagi komuniti Putri Karmel di Sabah

Bapa Uskup Datuk Cornelius Piong yang memimpin perayaan Ekaristi, dalam khotbahnya mengungkapkan bahawa hendaknya para sister dan brother yang akan mengucapkan janji setia dapat memegang teguh apa yang akan diucapkan dihadapan Tuhan dan umat. Kemiskinan, kemurnian dan ketaatan merupakan tiga janji yang harus dipelihara setian anggota Kongregasi Putri Karmel dan Carmelitae Sancti Eliae (CSE).

Lanjutnya, beliau mengongsikan pengalamannya selama menjadi seorang paderi selama 38 tahun. Pertama-tama, siapa pun itu harus memiliki hubungan yang akrab dengan Tuhan. Relasi yang akrab menentukan jalan panggilan seseorang. Semakin dekat dengan Tuhan, semakin kuatlah relasi yang dimilikinya. Semakin kuat relasinya dengan Tuhan, maka apa pun yang dialami, apa pun masalah yang dihadapi, dia sedar bahawa Tuhan tidak pernah meninggalkannya sedetikpun.

Hidup doa dan Sakramen-Sakramen haruslah mendapat tempat yang utama. Tanpa hidup doa, bagaimana mungkin dapat bertahan di dalam perjuangan. Hidup doa membantu untuk mengalahkan godaan-godaan yang berasal dari dunia dan dari si jahat. Firman Tuhan harus menjadi santapan sehari-hari. Kerana di dalam Firman Tuhan, banyak sekali janji-janji Tuhan kepada umat-Nya, di dalam Firman Tuhan banyak sekali ayat-ayat yang mampu menguatkan seseorang dalam perjalanan hidup kerohaniannya. Dan tidak lupa, penghayatan Sakramen-Sakramen amat penting sekali terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Rekonsiliasi. Dengan menerima Yesus setiap hari dalam Ekaristi, akan membuat kita menjadi serupa dalam dia, menjadi seorang yang penuh kasih dan memiliki kerinduan untuk membawa orang lain untuk mengalami hal yang sama. Sakramen Rekonsiliasi pula mengingatkan kita bahawa Tuhan adalah mahakasih dan maharahim. Tidak ada satu dosa yang tidak mampu untuk Tuhan ampuni. Tuhan adalah Kasih itu sendiri.

Sebelum doa penutup, Sr Augustine Marie, P.Karm mewakili para Sister dan Brother yang berkaul menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Tuhan yang telah memanggil mereka untuk melayani di ladang-Nya. Sr Augustine Marie juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan adik-beradik yang telah mendukung mereka dalam doa sampai pada hari berbahagia ini.

SONY DSC

Akhirnya, Nuncio bagi Malaysia iaitu Archbishop Joseph Salvador Marino berterima kasih kepada pihak Pertapaan Karmel yang mengundang beliau untuk menghadiri perayaan pada hari ini, dan beliau berpesan bahawa Tuhan adalah Kasih untuk itu selalulah berpaut pada-Nya ketika kita senang mahupun ketika berhadapan dengan masalah-masalah. Tuhan tidak akan pernah mengecewakan bagi mereka yang berharap pada-Nya.

Setelah doa penutup, semua jemputan dijemput untuk makan tengahari bersama di Dewan St Magdalen sambil menikmati acara-acara yang telah disediakan.

Ketiga Brother dan Sister yang mengucapkan kaul sementara adalah Brother Xaverio Gurtiniani CSE (berasal dari Tambunan), Sister Regina P.Karm (berasal dari Membakut) dan yang mengucapkan kaul kekal adalah Sr Augustine Marie P.Karm (berasal dari Kinarut).

Sebahagian anggota religius dari berbagai kongregasi turut hadir menyaksikan pelafazan kaul ketiga anggota keluarga Karmel.

Sebahagian anggota religius dari berbagai kongregasi turut hadir menyaksikan pelafazan kaul ketiga anggota keluarga Karmel.

TIME TO RETURN TO BASICS

SONY DSC

TAMBUNAN – The Apostolic Nuncio to Malaysia, Archbishop Joseph Marino spoke about the characteristics of the Church based on the three important documents by Pope Francis: the Apostolic Exhortation Evangelii Gaudium, his reflections on the Holy Year of Mercy, and the Encyclical Laudato Si’. The talk was attended by Bishop Cornelius Piong, the priests of Keningau Diocese, members of the Holy Trinity Community and Carmelite religious brothers and sisters, July 15, at the Pertapaan Karmel, Kaingaran in Tambunan. The Nuncio stayed for a night to witness the final and first professions of 2 religious sisters (P.Karm) and a brother (CSE), July 16, also in Pertapaan Karmel,Kaingaran.

Pope Francis said this is the time to awake, the time to reawaken in ourselves to see what is truly essential; and this is what essential: to be an instrument of God in today’s world. In Pope Francis’ pontificate, now in his 3rd year, there are three important documents that really require our attention. First is the Evangelii Gaudium, second are his reflections on the Holy Year of Mercy and third is the Encyclical Laudato Si’.

SONY DSC

When the church does not come out of herself to evangelize, she becomes self-referential and then gets sick. In the Book of Revelation, Jesus says He’s at the door knocking. Obviously, the text refers to his knocking from the outside in order to enter…now listen to what the Pope said: “But I think that Jesus is knocking from the inside, trying to get out. This is a self-referential church that keeps Jesus within herself and does not let him out.”

What does this mean? First, with the church keeping Jesus in, she believes she has all the answers. She ceases to be an instrument of light and here’s a way to a very serious evil, spiritual worldliness. Second, there are two images of church: a Church which evangelizes and comes out of herself and a worldly Church, living within herself, of herself , for herself.

What must the Church do for the salvation of souls?

Pope Francis says in No 49 of Evangelii Gaudium: I prefer a Church which is bruised… Clearly Pope Francis is teaching us that he wants a Church that is missionary, is going out. But are you listening? In fact, before Jesus was taken into Heaven, we did not hear Jesus say to his apostles to stay in their rooms, to be content in the celebration of the sacraments, to preserve the communion of the Church; but he said ‘Go into the world and make disciples of all nations …’

In being a missionary church, the Holy Father says it does not talk about the number of converts or statistics but the number of hearts that we touch. In this way the Holy Father asked us to go and extend our hands to all, by bringing gentleness, peace, mercy and reconciliation in being a Christian.

Before I was a Nuncio to Malaysia, I was the Nuncio to Bangladesh. 90% of Bangladeshi is Muslim; there are 350,000 Catholics out of 160 million people. One day, during Ramadan eve, I was in the presidential palace for the eve of the celebration and I was asked by a prominent figure to open schools in every village in Bangladesh, and I asked why? He said, “Because wherever you go, something good happens”. I told the bishops about it, not about opening schools but to let them know that whatever they are doing, they are touching lives. And I think this is evangelization.

The other new thing about Evangelii Gaudium is that I hear the Holy Father saying “I don’t need a reflection about this, I need action.”

What then are the characteristics of an evangelizing church? First character comes from No. 23 in Evangelii Gaudium – The Church that goes forth is a joyful Church. The church must preach the Gospel to all. “The joy of the Gospel is for all people; no one can be excluded.” We take the first step, without fear, without being invited, without hesitation. “Missionary joy” comes from “the joy of the Gospel”.

Second character is mercy. The church must be composed of those people who have received salvation. Therefore they “should have endless desire to show mercy”. It’s not just about forgiving sins, but “to get involved in word and deed in people’s daily lives”, walking with them in their daily lives, often marked by struggles and pain. It means at times to get on our knees and wash the feet of our brothers n sisters, to be supportive especially the weak. We must point people to the right direction but never do it in a judgmental way. We must do it in an encouraging way, not in a condemning way.

There are two theological points of the Holy Year of Mercy: first; the Holy Father wants us to rediscover, appreciate and find the joy that God has given us through his mercy. We don’t earn mercy, it is a Divine gift. So rediscover that joy. Then based on that fact, secondly; we must be witnesses of mercy. If God has shown us mercy, then how can we not give ourselves over to be witnesses of mercy? It’s a contradiction. “We are called to show mercy because mercy has first been shown to us.” And “Just as he is merciful, so we are called to be merciful to each other.”

Pope Francis affirms that “mercy is the very foundation of the church’s life”. It is “time for the church to take up the joyful call to mercy once more. It is time to return to the basics and to bear the weaknesses and struggles of our brothers and sisters.”.

Third characteristic of the church is beauty. The beauty of Christ compels us to do what the Lord has taught, and leads to an enthusiastic desire to be like Jesus. You “must be bold enough to discover new signs, new symbols to communicate the word and different forms of beauty which are valued in different cultural settings”. He wants us to make the message “attractive” once again, and by using that word the Holy Father is not talking about making the message superficial or shallow. He’s talking about allowing the message to penetrate into our hearts by being attractive, to be felt and embraced. We present the message with the beautiful content of the Gospel to reach the deepest yearning of the human heart. It is not by proselytizing that the church grows but by attraction.

Fourth characteristic is a church whose doors are always open. The doors of the sacraments cannot be closed. Open doors means to go to everyone especially the poor “for there is an inseparable bond between our faith and the poor”. The concept of an open door policy is connected to another expression: “we must be a Church that lives….we cannot live in isolation”.

A priest asked the Nuncio about how to balance between mercy and forgiveness.

In the Evangelii Gaudium, being merciful does not mean compromising what we believe, but we point people in the right direction with gentleness. – LE

Nuncio bergambar bersama dengan Bapa Uskup dan para Paderi Keuskupan Keningau

Nuncio bergambar bersama dengan Bapa Uskup dan para Brother CSE

Nuncio bergambar bersama Bapa Uskup dan para Sister Putri Karmel

 

MARI, TERIMALAH ROH SUKACITA!

SONY DSC

SONY DSC

Pertapaan Karmel, Tambunan – 17hb hingga 20hb Mac telah dibanjiri oleh ratusan para belia dan remaja dari ketiga-tiga dioses di Sabah dan 2 peserta dari Dioses Kuching yang mengikut Kem Belia dan Remaja. Program ini merupakan salah satu program tahunan yang diadakan oleh Kongregasi Putri Karmel dan Kongregasi Carmelitae Sancti Eliae (CSE) khusus untuk menjangkau para belia dan remaja dan menanggapi seruan Bapa Suci Pope Francis dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium atau Sukacita dalam Pewartaan. Oleh itu, tema Kem ini adalah “Mari, terimalah Roh Sukacita!”.

SONY DSC

SONY DSC

Kem Belia dan Remaja ini diawali dengan Misa Pembukaan serta acara perasmian yang dipimpin oleh Bapa Uskup Keuskupan Keningau, Bishop Datuk Cornelius Piong. Dalam homilinya, beliau mengajak para belia dan remaja untuk membuka mata hati agar dapat melihat kehadiran Kristus dalam kehidupan masing-masing. Tuhan sentiasa memanggil kita untuk datang kepadaNya dan menerima Roh Sukacita secara penuh iaitu cintakasih Tuhan itu sendiri. Bagaimana caranya? Dengan sungguh-sungguh mengikuti setiap acara yang ada dalam kem ini sehingga akhirnya para belia dan remaja dapat menemukan apa yang Tuhan ingin berikan kepada setiap peribadi yang datang mengikuti Kem ini. Pada hari pertama acara dibuka dengan ‘Welcoming Night’ sebagai sesi perkenalan antara pihak pertapaan dengan para peserta yang seramai 570 orang ini. Inti utama acara ini adalah ajakan kepada para peserta supaya mempunyai kerinduan yang besar untuk mengalami Roh sukacita dari Yesus sendiri melalui sebuah persembahan drama yang dilakonkan oleh para Brother dan Sister sendiri bersama dengan Komuniti Tritunggal Mahakudus. Tajuk Drama adalah “Mencari Harta yang Terpendam”. Untuk mendapatkan harta yang terpendam itu bukanlah mudah tetapi mempunyai banyak halangan dan rintangan yang pastinya menguji iman seseorang apakah mahu terus bertahan dalam perjalanan untuk menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga. Apabila sudah menempuh banyak ranjau dan onak duri, pasti tidak sia-sia iman itu kerana akhirnya bertemu dengan apa yang dicari itu iaitu Yesus sendiri sumber sukacita itu.

SONY DSC

Adapun acara-acara yang diadakan dalam kem ini adalah sesi ceramah-ceramah sangat menarik iaitu “Sukacita Syurgawi vs Sukacita Duniawi” dan “Sukacitaku kini penuh”. Ceramah-ceramah bukan saja disampaikan oleh para sister Putri Karmel dan brother CSE sendiri, tetapi juga oleh 2 orang padri diosesan iaitu Fr. Rudolf Joannes dan Fr. Ronnie Mailap. Pada hari kedua kem ini, Fr. Rudolf Joannes menyampaikan ceramah yang bertajuk “Saya Bangga Menjadi Katolik”. Kenapa saya harus bangga menjadi katolik? Fr. Rudolf menjelaskan secara mendalam mulai dari sejarah gereja awali sampai pada saat ini, di mana sebenarnya gereja katolik mempunyai kekayaan yang sungguh luarbiasa sejak dahulukala yang tidak dimiliki oleh gereja atau dominasi yang lain. Kekayaan ini perlu disedari oleh para belia dan remaja sehingga tidak mudah goncang dalam arus zaman kerana dunia dewasa ini sangat haus akan kesaksian iman sehingga dunia dapat bersaksi bahawa Yesus sungguh hidup dan tidak pernah meninggalkan manusia walau sesaatpun. Pada petang hari, Fr. Rudolf memimpin Misa Maria di mana para peserta dapat mempersembahkan diri mereka secara khusus kepada Bonda Maria melalui perarakan lilin di akhir Perayaan Ekaristi ini. Dalam homilinya, beliau menjelaskan tentang ‘Mariologi’ iaitu pengetahuan akan Bonda Maria. Siapakah dan apakah peran Maria dalam hidup kita? Dalam hal yang sama para belia dan remaja diajak agar mampu mempertanggugjawabkan iman mereka akan Kristus ketika berhadapan dengan banyak pertanyaan yang berhubungan dengan peranan Maria dalam hidup ini.

Hari yang berikutnya, para peserta disajikan dengan ceramah yang juga sangat menarik iaitu sesi seksualiti yang disampaikan oleh Fr. Ronnie Mailap. Para peserta diajak untuk semakin mengerti akan makna dan keluhuran manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Setiap peribadi manusia perlu menghargai tubuhnya sendiri dan sesamanya yang merupakan ciptaan Tuhan yang paling unik dan secitra dengan Sang Pencipta. Pada hari ketiga ini, merupakan hari yang istimewa bagi para peserta kerana mereka mempunyai kesempatan untuk mengenali siapakah Paderi dan para religious kerana dalam Perayaan Ekarisiti, mereka mempunyai kesempatan untuk mendengarkan sharing-sharing dari mereka yang sudah menjalani dan memaknai erti panggilan itu. Seminarian David Richard Gasikol yang sedang menjalani masa pastoralnya di Paroki Katedral Keuskupan Keningau mewakili Paderi Diosesan. Brother Ignatius mewakili Kongregasi La Salle Brother, Sister Betty mewakili Kongregasi Infant Jesus dan Sr. Helena Afra mewakili kongregasi Putri Karmel. Rupanya, melalui sharing-sharing ini, banyak juga peserta yang tertarik dan diteguhkan panggilan mereka untuk membaktikan diri kepada Tuhan, apalagi tahun ini merupakan Tahun Hidup Bakti.

Selain dari sesi-sesi ceramah para peserta juga dibawa untuk mengalami kehadiran Tuhan melalui sesi-sesi doa iaitu Doa Yesus, Adorasi, Sharing Kitab suci secara berkumpulan, menerima Sakramen Pertobatan serta mengalami Yesus yang menyembuhkan melalui sesi Penyembuhan Luka Batin. Biasanya setelah para peserta melalui semua acara ini dan mereka semakin mengerti ajakan Kristus dalam hidup mereka, mereka akan dipimpin untuk menerima Yesus secara baru dalam hidup mereka iaitu melalui sesi Pencurahan Roh. Sesi ini bertujuan untuk mengajak para peserta untuk memperbaharui kembali iman yang telah diterima saat dibaptis sehingga ketika mengakhiri kem ini para peserta mempunyai bekalan untuk menjadi saksi atau pewarta bahawa sukacita mereka telah penuh dan mereka adalah anak-anak Allah dan milik Allah yang sangat berharga. Apalagi yang seterusnya? Acara unggun api merupakan kemuncak dari semua acara kerana para peserta dapat menyaksikan nyala api Roh Kudus yang telah membakar isi hati mereka iaitu surat-surat cinta yang telah mereka tulis sejak mereka datang ke tempat ini. Surat-surat yang mereka tulis dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang kemudian dipersembahkan dalam Misa Kudus dan akhirnya menjadi buah bakaran yang harum mewangi kerana Tuhan sudah membaca surat cinta mereka. Walaupun tapak atau kawasan unggun api sangat terhad untuk ratusan orang, namun para peserta tetap dapat bersukacita dengan lagu-lagu pujian dan penyembahan yang sangat hidup yang diselingi dengan renungan yang sederhana tetapi ertinya sungguh mendalam. Begitu juga dengan tempat acara ceramah, doa-doa, misa dan senaman pagi semuanya dilakukan di dalam chapel kerana kekurangan tempat. Namun, itu semua tidak menghalang perjalanan acara kerana para peserta tetap dapat mengikuti kem ini dengan baik.

Pada hari terakhir kem ini, Misa Perutusan dipimpin oleh Fr. Giovanni CSE. Dalam homilinya, beliau mengajak para peserta untuk terus bersyukur kepada Tuhan yang telah mengutus Roh KudusNya dan telah membimbing para belia dan remaja sehingga sungguh-sungguh menerima Roh Sukacita itu sendiri. Beliau mengatakan bahawa hari ini bukanlah suatu pengakhiran, tetapi merupakan suatu permulaan yang baru agar apa yang telah dialami oleh para belia dan remaja dan dikongsikan kepada sesamanya nanti supaya mereka juga dapat mengalami apa yang telah dialami oleh para peserta itu sendiri. Di akhir Perayaan Ekaristi ini, diadakan paluan gong oleh Fr. Giovanni sendiri sebanyak tiga kali untuk menutup seluruh rangkaian acara Kem Belia dan Remaja 2015 dan juga sebagai perutusan kepada para peserta agar terus dapat berbagi sukacita di dalam pewartaannya.

SONY DSC

“VIVIT DOMINIS IN CUIUS CONSPECTO STO”

Slide1Kongregasi Carmelitae Sancti Elia (CSE) merupakan salah satu kongregasi yang mungkin baru dikenal pada masa sekarang. Namun, sebenarnya Kongregasi ini sudah mulai berdiri di Sabah sejak 01 Mei 2001. Pada ketika itulah saya masuk bergabung dangan para Brother CSE dan mengambil nama Bro. Andreas Marie CSE. Suatu kegembiraan yang sangat mendalam saya alami ketika saya diberi oleh Tuhan rahmat kesetiaan sehingga pada 16 Julai 2008 saya mengikrarkan kaul kekal. Dan memilih tetap menjadi seorang Brother kerana dalam Kongregasi CSE ada juga yang dipanggil untuk menjadi seorang Paderi. Keheningan dan kesunyian itulah yang mewarnai dan menjadi suatu daya tarik bagi saya untuk mengabdikan hidup dalam kongregasi ini. Seperti yang tertuang dalam visi dan misi kami “By the power of the HOLY SPIRIT to experience personally and to live the loving and saving presence of GOD in order to reach the transforming union of love with Him and to bring others to the same experience.” Itulah yang menjadi kerinduan saya agar dapat membawa orang lain kepada pengalaman yang sama untuk mengalami kasih Tuhan. Semuanya itu saya persembahkan dalam doa, pantang dan puasa, penyembahan kepada Sakramen Mahakudus, pelayanan dan sebagainya dalam hidup komuniti di sini. Selain dari St. Yohanes Salib, St. Teresa Avila dan St. Theresia Lisieux yang menjadi teladan hidup bagi para Karmelit, Bunda Maria juga menjadi salah satu tokoh yang memainkan peranan dalam Karmel. Melalui teladan Bunda Marialah saya belajar untuk merenungkan dan menyimpan segala sesuatu di dalam hati ketika ada pergolakan yang terjadi di dalam hidup saya. Kekeringan…merasa bosan… Tuhan seakan jauh dari saya…itu tidak pernah lepas tapi saya belajar untuk melihat dibalik dari peristiwa itu. Membaca dan mendalami spiritualiti karmel yang ditulis oleh Bapa Pengasas Kongregasi CSE merupakan salah satu buku-buku yang saya gemari. Di situ saya diperkaya dan dibantu untuk lebih menghargai serta mencintai panggilan yang diberikan Tuhan. Selain dari berdoa dan mendalami kekayaan Karmel dalam kongregasi ini kami para Brother CSE juga melakukan karya pelayanan sama seperti yang dilakukan oleh saudari sulung kami Sister Putri Karmel. Kami akan bekerjasama dalam mengendalikan retret, rekoleksi atau camping belia, remaja dan kanak-kanak baik di dalam pertapaan mahupun diluar. Rekreasi tahunan dan “hari jalan-jalan” merupakan aktiviti komuniti yang sangat menyenangkan kerana disitu dapat mengeratkan lagi kasih persaudaraan di antara kami semua. Apabila bersama-sama dengan keluarga, saya selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka dan berbagi pengalaman tentang iman dan kehidupan rohani.

Menanggapi seruan Bapa Suci Pope Francis yang mencanangkan agar gereja menjadi miskin. Dalam setiap hidup membiara sudah tentu ada yang disebut sebagai janji setia iaitu kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Kemiskinan tidak bererti miskin dari harta benda dan tidak memiliki apa-apa. Semangat kemiskinan merupakan sikap yang hakiki untuk mengikuti Yesus. Sikap ini memungkinkan untuk secara sungguh menanggalkan kelekatan akan milik, baik yang bersifat jasmani, intelektual mahupun rohani, serta membagikan kepada mereka yang memerlukannya. Kalau mengabdi Tuhan dengan segenap hati serta menaruh kepercayaan kepada-Nya, Ia tidak akan membiarkan kekurangan. Seandainya terjadi juga, bahawa Tuhan membiarkan menderita kekurangan, berbahagialah kerana dengan demikian menjadi sungguh-sungguh miskin serta boleh menghayati kaul kemiskinan sedalam-dalamnya.

“GOD LIVES IN WHOSE PRESENCE I STAND”

Slide1I am Sr. Joanne Marie of the Congregation of Putri Karmel, Kaingaran, Tambunan.

God’s calling is indeed mysterious. He calls each of us personally, be it to married life, single life or religious life, and I am responding to His call to be a witness of Christ in my journey as a consecrated person. Living in community, devotion to the Blessed Sacrament in Adoration, Silence and Solitude and through The Autobiography of St. Therese, has drawn me to choose Carmel which fosters the communal life of Prayer and Contemplation in the Carmelite Spirituality following the example lives of St. Teresa of Avila to be the Heart of the Church and the Little ways of St Therese of Lisieux in her Vocation of Love. Often people assume that we as Hermits spend our time only praying, but in fact in our Carmel Hermitage, we have Yearly Recreation Outing to the City, boat-ride to the island etc and Christmas/New Year festive celebrations with joy, fun and full of surprises. The Silence and the beautiful nature of our Hermitage help me to enter into solitude, encountering the presence of God. Carmel Hermitage (Pertapaan Karmel) is located in the midst of the forest with a beautiful scenery, cool, refreshing and breezy weather. Beside prayer, we also have other duties and activities such as conducting retreats in our Hermitage as well as overseas; Counselling session; Camping; Priests Retreat; Individual personal retreat, Healing Rally. I work in the Altar Bread section, baking and supplying Altar Bread for the Diocese of Keningau. Unfinished tasks or Baking machines problems arise, would sometimes distract my prayer but I surrender to God, trust in His mercy. Carmel kwayteow produced from scraps of Altar Bread is one of our favourite food (a Delicacy of Putri Karmel). Home leave is spent with family reunion, holidaying and faith sharing.

In respond to Pope Francis’ calls for a church of the poor, the Poverty of Spirit is the essential attitude to follow Jesus Christ “who being rich became poor for our sake (2 Cor 8:9). The Lord will not allow me to suffer any shortage if I serve Him whole-heartedly. If it should happen that I suffer shortage, I should be happy because by so doing I really become poor and may live the Vow of Poverty deeply.