Tatal – Pintu Suci, Rumah Retret Keuskupan Keningau secara rasminya ditutup dalam perayaan Ekaristi yang dipimpin sendiri oleh Bapa Uskup Datuk Cornelius Piong (19/11). Di dalam kata pembukaannya, beliau berpesan: “Walaupun Pintu Suci tertutup tetapi pintu belasihan sejati selalu terbuka lebar bagi kita”. Penutupan Pintu Suci tersebut dihadiri lebih dari 2000 umat yang datang dari Keuskupan Keningau sendiri mahupun luar Keuskupan.
Bapa Uskup mengimbas kembali, tepatnya pada 8 Disember 2015 yang lalu, Paus Fransiskus dengan Bulla yang bertajuk “Misericordiae Vultus” atau “Wajah Kerahiman” menetapkan sebagai pembukaan tahun Yubileum Kerahiman dan berakhir pada 20 November 2016. Di dalam homili beliau, Bapa Uskup menjelaskan tujuan tahun kerahiman diadakan sangat jelas iaitu “jemputan untuk mengikuti teladan Bapa yang murah hati yang meminta kita tidak menghakimi atau menghukum tetapi mengampuni serta memberi kasih dan pengampunan tanpa batas”.
Tambahnya, Alkitab menjadi saksi akan belaskasihan Allah yang luarbiasa. Kejatuhan manusia pertama di dalam dosa, mengakibatkan keterpisahan antara manusia dan Allah (bdk. Kejadian 3). Kebebasan yang diberikan oleh Allah telah disalahgunakan. Namun, Allah tidak pernah menganggap itu sebagai keterpisahan. Alkitab menjadi saksi bahawa Allah berulangkali (bdk. Ibrani 1:1-2) mengutus para nabi sebagai penyambung lidah dan akhirnya Allah berbicara kepada manusia melalui perantaraan Putera-Nya sendiri.
Pengaruh media massa, telekomunikasi dan ideologi yang terpesong, membuat manusia semakin menjauhi belaskasihan Bapa. Sikap “We take for granted” atau “sambil lewa” akan iman kristiani, membuat manusia semakin kurang menyedari bahawa belaskasihan Bapa selalu ada bagi manusia. Melalui Paus Fransiskus, beliau berniat untuk memberitakan sebuah tahun suci sebagai cara bagi gereja untuk “membuat lebih jelas perutusannya iaitu menjadi saksi kerahiman”. Sebuah perziarahan iman menuju pertobatan untuk mendapatkan kerahiman ilahi.
Dalam kesempatan itu, Bapa Uskup memberi beberapa jalan yang boleh dilakukan oleh umat beriman, di dalam usahanya untuk menanggapi belaskasihan Bapa. Antaranya adalah: (1) Selalu menyempatkan masa untuk berdoa, baik secara peribadi mahupun diantara anggota keluarga. (2) Memiliki sikap yang konsisten di dalam membaca, mendengar dan merenungkan Firman Tuhan. (3) Menghayati Sakramen-Sakramen secara khusus Ekaristi dan Rekonsiliasi. (4) Menghadiri Adorasi atau Saat Teduh dan yang terakhir (5) Memberi diri untuk bergabung dengan komuniti-komuniti, agar iman semakin berkembang dan bertumbuh dan memiliki kasih terhadap sesama.