SHARING DARI STAF PPK DAN PELAJAR PPK

Apabila gereja katolik di Sabah menyedari bahawa kurangnya pembimbing umat katolik, maka seorang Paderi bangsa German bernama George Baur, mula mengambil, melatih dan mengajar umat beriman menjadi Katekis. Yang dibantu oleh Tati Jambu, dan kemudian Jeune Neydorff dan saya sendiri {Peter Kodou}. Izinkan saya kongsi (share) serba sedikit tentang peranan katekis…? Panggilan menjadi Katekis adalah panggilan luhur yakni mengambil bagian dalam tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia sebagai guru, untuk mewartakan Injil khabar gembira kepada semua orang. Oleh kerana itu seorang katekis hendaknya senantiasa hidup dalam Sabda Allah. Semangat hidup itu didorong oleh Rasul Paulus yang berseru: “Celakalah aku, kalau tidak mewartakan Injil” (I Kor. 9:16). Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” (Rom. 10:4). Hal ini mencerminkan seruan Rasul Paulus: “Bagaimana mereka dapat percaya akan Dia (Tuhan Yesus Kristus), jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Maka Gereja begitu terdesak kerana masih banyak umat belum mengenal Kristus pada ketika itu.

Walaupun katekis-katekis di seluruh Paroki di Sabah tidak memiliki ijazah dalam bidang katekatik pada ketika itu tetapi mereka memiliki semangat belajar dan mampu mengajarkan iman katolik secara baik dan penuh semangat pengorbanan memberikan kesaksian tentang khabar gembira yang telah mereka terima. Mereka benar-benar menjadi katekis yang bertanggung jawab dalam mengisi kekosongan tenaga Paderi waktu masa Gereja sangat memerlukan, Tugas utama katekis adalah mewartakan Sabda Allah melalui pengajaran agama, dan membimbing sembahyang setiap minggu tanpa Paderi, membahagi pengalaman hidup Kristiani, dan penghayatan hidup beriman. Katekis bersama Paderi paroki dan sister-sister mengajar umat Allah yang dipercayakan kepada mereka. Kerana sedikit Paderi di Sabah ketika itu, maka katekislah yang mengajar umat beriman, bukan saja dengan kata-kata melainkan dituntut kesaksian hidup dari seorang katekis. Mereka menyedari bahawa pewartaan Sabda Allah adalah bahagian penting dari tugas asal Gereja. Pewartaan Sabda Allah adalah juga tugas utama dari semua umat beriman sebagai pengikut-pengikut Kristus. Tujuannya adalah agar umat beriman semakin diteguhkan iman mereka, dibaharui sehingga mampu menjadi saksi.

Tujuan pengajaran agama itu tercapai bila katekis tidak hanya memberi pengetahuan ajaran, melainkan juga kesaksian hidup dari katekis sendiri. Umat akan lebih mudah menerima pengajaran agama dengan contoh, kesaksian hidup daripada hanya ajaran saja. Hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang dipraktikkan dalam kehidupan oleh katekis sendiri walaupun sukar melakukannya! Bukan sebaliknya, kesaksian hidup seorang katekis menjadi batu sandungan bagi umat beriman. Kerana itu, seorang katekis memiliki spiritualitas yang utuh dan dewasa berfungsi seperti seorang gembala. Katekis memainkan peranan penting sekali untuk mengajarkan dan mengembangkan iman “Katekesis”. Khususnya berkenan dengan sakramen-sakramen, merupakan bahagian utama pendidikan sekeluarga dan pelajaran agama. Gereja kuat jika iman umat beriman juga kuat. Iman akan kuat jika ada katekesis, pengajaran iman umat secara berkesinambungan dan berpanjangan. Meskipun demikian tugas ini kadang-kadang tidak dijalankan.

Pada hal inilah tugas utama Gereja: mewartakan Injil khabar gembira kepada semua bangsa. Para katekis hendaknya melayani tanpa pamrih, berkorban, mengutamakan pelayanan kepada umat, mampu bekerjasama dengan Paderi Paroki, bekerjasama dengan umat agar pelayanan iman dan kehidupan rohani umat dapat terurus dengan baik. Selain saya mengajar di PUSKAT, dan apabila tiada kursus, saya juga pergi menginjil ke kampung-kampung seperti Kampung Sinua dekat Gunung Trusmadi dan kampung Pohon Batu – terpaksalah berjalan kaki berpuluh-puluh batu untuk sampai Pohon Batu, di daerah Pensiangan. (Saudara Peter Kadau)

I started with PUSKAT on January 1975 under the late Fr. P. J. de Wit. My part in PUSKAT was to take care of the wives of the Catechist. My job was to teach them the scripture. I explained to them the work of the husbands as Catechists and their wives should help their husbands. I invited the Home Demonstrators from the Agriculture Deparment and they came and taught the wives sewing, handwork and cooking. In september 1979 the late Bishop Simon Fung send Peter and me to the East Asian Pastoral Institute, Manila for a nine month course on a Catechetical Programme. Peter continued for a six month Audio Visual course. I came back to work in PUSKAT. Then in 1991, I was send by Bishop John Lee for 2 renewal courses in EAPI and after the course I was invited by the EAPI to assist a nun who had to leave because she was elected as a Superior of a congregation. So I was at the EAPI till December 1996. (Saudari Jeune Annete Neydorff)

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh pihak penganjur Jubli Emas Pusat Pastoral Keuskupan Keningau untuk berkongsi pengalaman sebagai mantan tenaga pengajar di PPK. Saya mula melayani di PPK dari bulan Julai 1994 hingga Disember 2006. Dalam tempoh yang panjang seperti itu, sudah tentu saya telah menimba banyak pengalaman. Bagaimana saya menghadapi realiti kehidupan yang saya alami sebagai tenaga pengajar pada waktu itu?

Saya mengalami rahmat demi rahmat dari Tuhan untuk berhadapan dan menempuhi pengalaman yang pahit dan manis. Pengalaman-pengalaman ini telah meneguhkan dan menyedarkan keterbatasan diri saya. Dengan adanya pengalaman tersebut membuat saya merasa; “ada sesak, ada ragu, ada pertanyaan…mengapa?”.

Di sebalik semua itu, apabila melihat saudara-saudari yang pernah saya didik di PPK, saya hanya dapat bersyukur atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melayani mereka. Semuanya itu indah pada waktunya, yang telah ditetapkan oleh Allah yang mencintai kita. Kepada mereka yang masih melayani di PPK dan akan melayani di sana, teruskan pelayanan saudara sebab PPK masih relevan pada zaman ini sebagai pusat untuk menimba pelbagai ilmu pengetahuan dan pendalaman iman. (Sr. Veronica Kandaung, FSIC)

My desire to be a Religious Sister was to proclaim the Gospel to others. This desire of mine was being fulfilled when I served at PPK for almost ten years. I started serving there since 1989 to 1998. I really enjoyed journeying in faith with the catechists (trainees). I discovered more about God. I experienced of His presence in the celebration of the Holy Eucharist and during the adoration of the Blessed Sacrament.

I have built up my closed relationship with the Lord each time I did my readings, preparing for my lessons especially the reading and the reflecting of the Word of God. While serving at PPK, I was also formed and transformed to be more committed and responsible instrument of God. I learnt to be more patient. It was not easy to journey with the catechists because of their different temperament. So much so I have practiced to say the ejaculation prayers daily, interceding the Holy Spirit to form them to be effective and committed catechists.

The most difficult part of my life was the budgeting because the formation center was facing financial problem at that time. Preparing the daily menu was not that easy. Each time I prepared the menu, I make sure the catechists were not under nourished. From this I learnt to do shopping very economically.

Working as a team with the staff was very encouraging, enriching and comforting too in spite of our differences and our different responsibilities.

Now as I look back, it was really a joy of serving in PPK at that time. I realized that the Lord was and is still journeying with me till up today.

So I left PPK to go for the three month leadership course in Kali-Urang, Salah-Tiga, Indonesia. (Sr. Imelda Angang FSIC)

Saya pernah bertugas sebagai kerani di Puskat Mission Keningau pada tahun 1971-1972 dibawah jagaan Rev. Fr. Georg Bauer yang berasal dari Jerman. Pada ketika itu saya berusia 24 tahun. Tugas saya pada masa itu bukan sahaja sebagai kerani, tetapi sebagai guru mengajar isteri-isteri para Katekis yang buta huruf untuk membaca dan menulis. Selain itu saya juga mengajar mereka memasak (kari) dan membawa mereka berkebun, menanam bunga-bungaan dan sayur-sayuran serta menjaga haiwan peliharaan Rev. Fr. Georg Bauer seperti burung-burung, monyet dan kura-kura.

Semasa ketiadaan Fr. dipejabat, saya akan menyediakan buku-buku katekismus yang digunakan oleh para katekis yang datang belajar dan berkursus menjadi katekis. Mereka datang dari Bundu Tuhan, Tambunan dan Keningau. (Saudari Tati @ Alberta Jombo @ Alberta Lupang)

Saya dilantik menjadi Pengarah Puskat/PPK dari tahun 1984 hingga tahun 1999 dan sebagai Ketua Staf sejak tahun 2000. Puskat adalah singkatan untuk Pusat Latihan Katekis, yang wujud pada bulan Oktober 1966, komited untuk melatih para calon Katekis . Namun setelah Keuskupan Keningau wujud, maka pada bulan Januari 1997 Puskat dinaik taraf menjadi Pusat Pastoral Keuskupan Keningau dengan tujuan agar pusat ini bukan hanya untuk melatih para calon Katekis sahaja tetapi juga melatih para Pelayan Pastoral gereja secara umum. Dengan demikian Puskat adalah salah satu bidang yang ditawarkan di bawah kelolaan Pusat Pastoral Keuskupan Keningau.

Pusat ini adalah sebuah tempat yang pertama di Sabah dan Malaysia, telah melatih lebih 2000 orang Katekis. Pelayan Pastoral yang datang bukan hanya dari Sabah, tetapi juga dari Sarawak, Semenanjung, Negara Brunei, Singapura dan Australia. Secara peribadi saya berbangga menjadi salah seorang pelayan di Pusat ini, walaupun penampilannya cukup sederhana, tetapi secara diam-diam mampu menggerak dan membentuk individu menjadi pewarta iman yang unggul. Ramai yang tetap setia melayani sebagai Katekis dan Pelayan Pastoral di Paroki masing-masing dan ramai juga yang menjadi Komuniti Betania, Religius dan Paderi yang berjiwa Katekis.

Pusat ini berjaya mencapai umur 50 tahun bukanlah atas usahanya sendiri. Selain karya Roh Kudus, perkembangan dan kekuatannya adalah hasil daripada kerjasama mantap daripada Uskup, para Paderi, Religius FSIC, Majlis Pastoral Paroki, Komisi Katekis, para alumni, para dermawan dan staf PPK. Saya berharap agar kerjasama yang mantap ini diteruskan demi meningkatkan lagi keazaman PPK untuk mencapai wawasannya: “Pembentukan Iman Dan Minda Yang Berterusan,” yang komited untuk melayani dan mengasihi agar Kristus dikenali dunia.

Maka jika sekiranya ada kelemahan yang dihadapi dari semasa ke semasa, maka nasihat St Paulus ini akan sentiasa menjadi penawar: “Kerana ketika aku lemah, pada masa itulah aku mendapat kekuatan daripada Kristus” (2Kor 12:10). Cabaran-cabaran iman yang kita hadapi di zaman teknologi ini memerlukan perhatian yang lebih. Maka tidak dinafikan peranan PPK masih dan tetap diperlukan dalam bidang pembentukan iman dan minda yang berterusan, seperti kursus-kursus pembentukan Katekis, Pelayan Pastoral, Pemimpin Ibadat Sabda, Pemimpin KKD, Kerasulah Alkitab dan pelbagai keperluan Pastoral semasa. Selain pembentukan dalam bentuk kursus, PPK juga sedang merangka suatu bentuk kursus dengan menggunakan media sosial supaya ramai umat terutama para pemimpin dapat dibimbing dan dibentuk iman dan minda mereka secara berterusan sesuai dengan masa dan tempat mereka masing-masing.

Saya percaya dengan adanya perayaan Jubli Emas PPK ini, akan memberi suntikan semangat yang baru kepada PPK Untuk menjadi sebuah Pusat Pastoral yang komited, efektif dan mampu memberikan tindakbalas kepada keadaan semasa. (Saudara John Lainsin)

Pada 23 Mac 1979, saya telah menyertai Kursus Katekis Sukarela yang pertama kali diadakan oleh PUSKAT. Kursus ini dianjurkan berikutan kekurangan Paderi dan Katekis yang melayani di kawasan pedalaman seperti Katolik Mission dan kawasan KSFX. Seramai 23 orang yang datang dari pelbagai KUK telah menyertai kursus selama 3 minggu ini. Kursus ini bertahap kerana setiap tahun berikutnya, ada kesinambungan sehingga selesai genap tiga bulan.

Selepas menyertai Kursus Katekis Sukarela, saya mula melayani pada bulan April 1979 dan hingga kini saya telah menjadi Katekis Sukarela selama 8 tahun, Katekis separuh masa selama 12 tahun dan katekis sepenuh masa selama 18 tahun.

Selain daripada menjadi katekis, saya juga terlibat dalam pelayanan lain seperti menjadi Pengerusi KUK, Kelompok Doa, Komiti Keluarga, Komiti Katekis, menjadi Pembimbing Rohani ZON Rancangan Belia, KBK dan LOM di Paroki Roh Kudus, Sook. Selain itu, saya juga menjadi Pengerusi Komisi Katekis Keuskupan Keningau, Komisi Tanah Keuskupan dan Timbalan Pengerusi Komiti Katekis seluruh Sabah. Sehingga kini, saya membantu Paderi sebagai staf di Pejabat Paroki Sook dan terlibat sebagai ahli Team Pastoral Keuskupan Keningau.

Walaupun sudah menjangkau 38 tahun dalam pelayanan, perjuangan saya ini sebenarnya masih elum tamat kerana saya percaya dan yakin bahawa selagi keadaan kesihatan dan daya tahan diri masih mengizinkan, selagi itulah saya akan terus aktif melayani hingga ke penghujungnya. Saya amat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang selama ini memilih dan memanggil saya dalam pelayanan seumpama ini dengan memberi inspirasi dan kekuatan melalui dorongan kuasa Roh Kudus-Nya. Terlalu banyak pengalaman manis dan pahit yang saya lalui dan saya juga berhadapan dengan pelbagai cabaran dan godaan selama melayani. Namun, apa yang penting adalah menyerahkan semuanya itu di tangan Tuhan dan mohon bimbingan Roh Kudus untuk menguasai diri saya agar terus hidup dalam semangat kesatuan, kesetiaan dan komitmen yang tidak berbelah bagi kepada Kristus dan Gereja-Nya.

Dalam kesempatan ini, saya ingin berterima kasih kepada YM Bapa Uskup Datuk Cornelius Piong yang pada suatu ketika dahulu telah memilih dan mendorong saya untuk menyertai Kursus Katekis Sukarela yang mana pada waktu itu saya hanya sebagai pelapis di antara dua orang yang

dipilih. Terima kasih juga kepada semua Paderi yang pernah melayani di Paroki Roh Kudus, Sook kerana banyak membantu dan memberi tunjuk ajar kepada saya.

Sesungguhnya, Roh Kudus itu adalah “Penolong dan Pengajar” (Yoh 14:26) dan sudah pasti pelayanan kita bersifat bersama Yesus dan untuk Yesus. Semoga Tuhan sentiasa memberkati kita dalam pelayanan kita semua. (Perkongsian oleh Katekis Joseph Edward)

Syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas anugerah besar kerana mewujudkan pusat ini. Sebelum mengikuti Kursus Katekis tahap I, pengetahuan saya tentang Gereja Katolik sangat kurang. Saya beryukur kerana melalui kursus ini, saya boleh mempelajari banyak perkara dan pengetahuan tentang iman saya sendiri. Antara topik yang ditawarkan adalah Kitab Hukum Kanonik yang dikendalikan oleh Rev. Fr. Rudolf, Konsili Vatikan II oleh Cikgu John Lainsin, Katekatik oleh Sr. Patricia, Wahyu Ilahi oleh Fredolin Umis dan Cara mentafsir Alkitab oleh Patrick.

Selama setahun mengikuti kursus ini membantu saya memperbaiki mutu pelayanan saya serta memberikan banyak pengetahuan dan pemahaman yang baru. Misi melayani ke outstasi memberikan lagi pengalaman baru kepada pelayanan saya. Antara pelayanan yang telah kami lakukan di kawasan outstasi Zon Pohon Batu dan Zon Dalit adalah memberikan katekesis tentang Berbelas Kasih, sakramen, sepuluh hukum dan doa khas dalam Gereja. Harapan saya adalah agar saya dapat meneruskan lagi pembelajaran di PPK ini. (Saudara Alexcious Tawasin)

Pembimbing Krisma KUK St. Raymond Bulu Silou. Saya telah mengikuti Kursus Katekis pada tahun 1982. Saya bersyukur kerana dapat mengikuti kursus di Puskat / PPK. Sepanjang kursus kami diberi pendedahan tentang Alkitab, tanggungjawab sebagai katekis dan lain-lain lagi. Saya juga telah mengikuti Kursus Pembelajaran IKD dan saya juga adalah kumpulan yang pertama mengikuti kursus IKD di Puskat. Dengan pendedahan yang saya perolehi dari Puskat tentang tanggungjawab sebagai katekis, bukan saja saya jalankan di Keuskupan Keningau tetapi saya juga jalankan tanggungjawab itu di Keuskupan Agung Kuala Lumpur ketika berkerja disana sehingga tertubuhnya Misa Bahasa Melayu. Bagi saya, kursus yang diadakan di PPK masih relevan. Supaya umat lebih bertanggunjawab tentang penginjilan. Sekali lagi saya berterima kasih atas segala usaha PPK selama ini. Saya ucapkan tahniah kepada PPK yang akan merayakan Jubli Emas. Semoga maju jaya dan diberkati Tuhan. (Saudari Magdelina Philip)

Tidak pernah terlintas difikiran saya untuk mengikuti kursus di “Puskat” (pada ketika itu 1992) kerana saya baru sahaja 2 tahun menjadi Katolik dan masih muda pada ketika itu (22 tahun). Syukur dan puji Tuhan kerana atas cadangan umat di KKD Kg. Muhibbah, saya telah mendaftarkan

diri untuk mengikuti kursus ini. Pada mulanya, sukar bagi saya untuk memahami setiap topik yang diajar pada waktu itu. Antara topik yang disentuh adalah; Pengetahuan tentang Agama Katolik, Pengantar Alkitab, IKD-Teori dan Praktikal, Liturgi Ibadat Sabda, Kepimpinan Katekis dan Liturgi. Namun, kerana kesungguhan dan keinginan untuk belajar yang ada dalam hati saya, maka saya mampu mengatasi segala kesukaran yang saya hadapi. Selain belajar tentang pengetahuan agama, saya belajar tentang erti kerjasama lebih 26 lebih lagi apabila bekerja bersama sebagai satu pasukan. Erti kerjasama ini dapat saya pelajari terutama ketika diberi peluang untuk mengupacarakan ibadat pengkebumian. Pada ketika itu, pelbagai perasaan yang timbul, takut, gementar dan rasa ingin menangis pun ada. Namun, syukur kepada Tuhan, kerana saya mempunyai tim lain yang memberikan sokongan dan bantuan kepada saya. Melalui peristiwa ini, saya mula mengerti bahawa “saya tidak bersendirian dalam pelayanan ini”.

Suka duka ketika dalam proses pembelajaran memang saya alami. Sepanjang kursus, kami ditempatkan di penginapan dan berada jauh dari keluarga. Kerinduan kepada keluarga dan adik beradik sentiasa berlaku, namun ini tidak mematahkan semangat saya untuk meneruskan kursus ini. Kehadiran tenaga pengajar seperti cikgu John Lainsin dan Fredolin Umis banyak membantu proses pertumbuhan iman saya. Fr. Cosmas Lee yang pada ketika itu melayani di Keuskupan Keningau sentiasa memberikan semangat kepada kami dan ada ketikanya kami dibawa untuk melayani ke pelayanan luar (masuk kampung) untuk melayani. Melalui pelayanan ini, saya melihat keperluan pelayanan katekis begitu ketara dan amat diperlukan.

Berbekalkan inspirasi Roh Kudus, Sabda Allah, doa dan harapan kepada Allah yang Mahakuasa, akhirnya saya berja menghabiskan kursus dengan jayanya dan telah diutus melayani sebagai katekis. Kini, usia pelayanan saya sebagai katekis telah menjangkau umur 25 tahun pada 3 Mei 2017 akan datang. Sabda kehidupan yang sentiasa menjadi pegangan ketika saya diutus sebagai katekis adalah daripada Yoh 15:5 “Akulah pokok anggur dan kamu carangcarangnya. Sesiapa yang tetap bersatu dengan Aku, dan Aku dengan dia akan berbuah lebat, kerana tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Kursus ini sangat membantu pelayanan saya, kerana memandangkan perkembangan umat yang semakin ramai dan semakin terdedah kepada perkembangan teknologi, gereja kita memerlukan seorang katekis yang mempunyai kebolehan untuk berkomunikasi dengan generasi pada masa kini. Kursus ini mampu melahirkan katekis yang mempunyai kebolehan seperti ini.

Harapan saya untuk PPK adalah agar dapat berterusan melahirkan katekis atau pelayan Tuhan yang taat dalam pelayanan, berpengetahuan dan mempunyai iman yang sejati. (Saudari Valintina Mery Ann Usad)

Gereja Maria Rani Tobitua Linsudan (GMRTL), Kg. Linsudan, Zon Kapayan Baru Mula melayani pada Januari 1980 (Berumur 64 tahun) SEJARAH PELAYANAN DI GEREJA Petikan Alkitab “Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Aku yang memilih kamu” (Yoh 15:16), menjadi salah satu pedoman saya dalam pelayanan gereja sebagai seorang Katekis. Sebelum melayani sebagai seorang Katekis, saya mempunyai tiga kepercayaan iaitu bomoh, ubat dan agama. Pada ketika itu, saya dan isteri mempunyai dua orang anak lelaki tetapi setelah anak pertama kami berusia dua tahun setengah dia telah dipanggil Tuhan. Sejak dari peristiwa itu, kami mengalami banyak masalah.

Beberapa hari selepas itu, semasa sedang tidur, saya bermimpi berada di atas awan dan pada mulanya saya mengumpulkan daun tarap yang masih di pokok dan saya memeluk daun tarap tersebut. Kemudian saya mengumpulkan embun-embun yang berada di Barat, Timur, Utara dan Selatan. Embun-embun tersebut saya letakkan di dada saya dan saya kembalikan semula embun tersebut di tempat asal. Ketika terjaga dari tidur, saya menjadi bingung dan benar-benar tidak memahami akan erti mimpi tersebut. Hari seterusnya, Katekis Limun melawat ke rumah kami sempena memperingati hari ke-40 kematian anak kami. Beliau mengatakan kepada saya untuk mengikuti kursus PUSKAT dan ketika itulah hati saya terbuka untuk mengikuti kursus tersebut.

Pada awal bulan Januari tahun 1980 saya mula mengikuti kursus tersebut selama satu bulan dan setelah itu, saya mula bertugas di kampung sendiri iaitu Kampung Linsudan. Kemudian kursus tersebut disambung semula pada bulan Mei 1980, selama satu bulan. Setelah menamatkan kursus, saya meneruskan pelayanan saya sebagai seorang katekis. Pada tahun 1981, saya bertugas di dua tempat iaitu Kampung Tohan Baru yang mana Ibadat Sabda dimulakan pada jam 8.00 pagi dan di Kampung Linsudan pada jam 10.00 pagi. Pada ketika itu, walaupun bangunan gereja belum ada, namun Ibadat Sabda tetap dijalankan bertempat di Balai raya kampung.

Pada tahun 1982, kami mengadakan lawatan katekis di Bundu Tuhan, Ranau. Di sana saya telah bertemu dengan seorang Sister yang bernama Sister Jane. Lawatan ini merupakan lawatan saya yang pertama dan ternyata ianya memberi berkat kepada saya. Semasa lawatan ini, saya telah menceritakan mimpi saya kepada Sr. Jane dan beliau menjelaskan bahawa daun tarap yang dikumpulkan adalah melambangkan lembaran Kitab Suci manakala embun pula bermaksud Firman Allah. Apabila saya renungkan maksud mimpi tersebut sesuai dengan Firman Allah iaitu “Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Aku yang memilih kamu” (Yoh 15:16), saya mengambil petikan ini sebagai pedoman dalam pelayanan saya.

Pada tahun 1983, saya meluaskan pelayanan saya dan mula bertugas di Chapel (KUK) Kapayan Baru selama tiga tahun dan membahagikan masa juga untuk memimpin Ibadat Sabda di Gereja St. Yohanes, Linsudan (kini Gereja Maria Rani Tobitua). Saya juga telah melalui pelbagai cabaran sepanjang beberapa tahun melayani sebagai katekis. Namun, Firman Allah selalu memberi saya kekuatan dalam pelayanan.

Kerana kebaikan Tuhan, doa permohonan saya untuk meminta kebijaksanaan supaya dapat menghafal isi kandungan dalam buku Ibadat Sabda telah dikabulkan dan saya amat bersyukur atas karunia yang dicurahkan kepada saya. Pada pertengahan tahun 90-an, bangunan gereja yang baru telah dibina di Kg. Linsudan. Nama gereja iaitu Gereja St. Yohanes telah ditukarkan kepada Gereja Maria Rani Tobitua Kg. Linsudan (GMRTL) yang digunakan sehingga kini.

Selepas 20 tahun melayani, pada tahun 2000, saya telah berehat selama satu tahun setengah disebabkan oleh masalah keluarga. Pada ketika itu, kami sudah mempunyai ramai anak. Setelah itu, saya kembali melayani pada Jun 2002 sehinggalah pada hari ini di tahun 2017. Saya sangat bersyukur kerana Tuhan telah menyelamatkan saya dan keluarga daripada kepercayaan sesat pada waktu dahulu dan Tuhan telah membimbing saya menjadi seorang pelayan gereja yang setia. Syukur, Puji Tuhan. Alleluia. (Saudara Justin Gamiun Bin Michael Basangai)

Bila dan apa tujuan saya dihantar? Pada awalnya, pengetahuan saya tentang PPK Keningau adalah tidak begitu jelas sekali. Sebelum menyertai Kongregasi Franciscan Sister of the Immaculate Conception, saya tidak mempunyai sebarang idea tentang Kursus atau pembentukan yang dijalankan di PPK Keningau, setahu saya PPK adalah tempat untuk mereka yang mahu melayani Gereja sebagai KATEKIS atau Pemimpin Ibadat Sabda. Itupun, kerana jiran kami pada ketika itu merupakan seorang Pemimpin Ibadat Sabda atau lebih dikenali dengan panggilan “Kategis”(Katekis) pada ketika itu. Sewaktu melihat gambar beliau (Late Katekis Thaddeus Bungkoris) duduk dengan barisan para peserta yang lain, saya merasa begitu senang sekali (tetapi tidak memahami mengapa). Bagi saya mereka telah melakukan pengorbanan yang besar apabila mereka sanggup mengikuti kursus di PPK, untuk jangka masa yang lama. Dan pada masa yang sama, saya tidak pernah terfikir bahawa suatu ketika nanti saya juga akan mendapat peluang yang sedemikian. Tetapi perasaan kagum terhadap mereka tetap ada. Mengikuti Kursus di PPK Keningau merupakan salah satu program yang telah dikhaskan kepada semua para Novis sewaktu tahap pembentukan kedua. Apabila saya dan Novice Lucynia dihantar ke PPK untuk mengikuti kursus selama dua minggu pada April 2010, saya langsung tidak mempunyai apa-apa idea apa dan bagaimana program itu akan dijalankan. Apa yang jelas, saya serta perserta yang lain akan mengikuti kursus itu selama dua minggu.

Apakah pengalaman saya sepanjang Kursus PPK?.

Kursus yang berjalan selama 2 minggu, merupakan satu pengalaman yang amat berharga kepada saya. Dalam kursus tersebut, kami diberikan bahan-bahan yang amat menarik, (diberikan oleh Sr. Patricia Limun Fsic, Cikgu John Lainsin, dan Cikgu Fredoline Umis); yang berkaitan dengan tatacara ibadat sabda di dalam dan luar Gereja, sejarah gereja dan juga perjalanan liturgia. Sungguhpun kursus itu begitu singkat sekali, ianya memberikan manfaat yang sangat baik. Ini dapat saya katakan kerana, segala yang telah saya pelajari dapat saya praktikan di mana-mana paroki yang saya layani.

Selain daripada bahan-bahan yang menarik, saya juga berpeluang untuk tinggal bersamasama dengan beberapa peserta sebagai satu komuniti. Pengalaman ini juga memberi ruang kepada saya untuk lebih yakin untuk berkomunikasi (amat membantu sehingga sekarang). Melihat kepada keadaan sekarang, yang penuh dengan kepesatan pembangunan, bagi saya kursus seumpama ini yang dianjurkan oleh PPK adalah sangat relevan. Kursus seumpama ini bagi saya bukan sekadar untuk menyampaikan tetapi pada masa yang sama, merupakan satu pembentukan dan pemantapan iman. Sekali lagi di dalam kesempatan ini, saya ingin berterimakasih kepada semua tenaga pengajar serta staf PPK yang banyak berkorban untuk memperkongsikan pengalaman Iman mereka. Tuhan memberkati anda semua. (Sr. Liza Angie, FSIC)

When the “Kursus Petugas Pastoral Gereja” (3 months) was brought to my attention by my Sisters in community, I was reluctant to attend it. I felt I would not be able to cope with it as I have lost touch with the usage of Bahasa Malaysia for years. However, with much coaxing, I got confidence to give it a try, trusting God is my faithful Helper. Moreover, I know attending the course would definitely helped me in my ministry of reaching out to the Sabahan and Sarawakian families. After I had completed the course, I felt it was a great experience in my life. I gained much confidence in the usage of Bahasa, besides the understanding and knowledge to minister to the Bahasa speaking families. This I believe is because the course is well planned and organised and the teaching Staff is dedicated and with much experienced in their work. As each day passed, the participants grew to become like a family; learning, sharing and caring for one another. Moreover, the programme of daily lessons, activities, exposure trips and daily Masses and prayers were well organized to help participants benefit fully from the course. Thus, at the end of the course, I could do well in my tests and evaluation of participants.

Now, after about 4 years from the training, I am still happily reaching out to the Bahasa speaking communities especially, Sabahans and Sarawakians. I feel this is a great gift of God to me as I could minister well in this ministry that is much needed in Kelantan. Once again, my heartfelt thanks to PUSAT PASTORAL KEUSKUPAN and the wonderful teaching staff for their untiring and caring work that made our training a memorable response to the proclaiming of the GOOD NEWS and the BUILDING OF GOD’S KINGDOM. SYABAS (Sr. Caroline Gan, FMM)

Saya telah mengikuti kursus katekis selama 3 bulan di PPK pada tahun 2011. Syukur dan puji Tuhan, banyak perkara baharu yang saya pelajari terutama dengan mengenali iman Kristiani. Sebagai seorang manusia kita semua memiliki latar belakang yang berbeza namun, dengan berkat dan kasih Tuhan siapa pun kita tidak kira bijak pandai atau sebaliknya, jika Tuhan yang memilih panggilan itu pasti tidak mengenal siapa kita. Pengalaman hidup dimasa lampau telah banyak mengajar saya erti kehidupan, dengan memberanikan diri untuk belajar keimanan di PPK, syukur seribu kali syukur, kerana dengan kursus singkat selama tiga bulan sepenuh masa ternyata satu perubahan yang terindah berlaku dalam kehidupan peribadi saya. Dari seorang pemalas pergi sembayang, kini berubah menjadi ajen Tuhan untuk membangunkan iman kepada keluarga dan sesama. Indah pada waktunya. Tuaian memang banyak namun pekerja sedikit, dimana ada kemahuan disitu ada jalan. Puji dan syukur Tuhan Yesus kerana memilih dan memanggil untuk melayani diladang –Nya yang luas ini. (Katekis Denis @ Zeno Kogoh)

Pertama sekali saya bersyukur dan puji Tuhan kerana diberi kesempatan untuk menulis perkongsian sempena ulang tahun Jubli Emas PPK ini. Terima kasih kepada Tuhan kerana panggilan-Nya. Tanpa Dia siapalah saya ini (Yoh 15:5)

Terima Kasih saya tujukan kepada Bapa Uskup Datuk Cornelius Piong, Rev. Fr. Lazarous Uhin yang sudah bertukar ke Kuala Penyu dan terutama Pengarah PPK. Rev Fr. Rudolf Joannes serta tenaga pengajar iaitu John Lainsin, Fredoline Umis, dan Sr. Patricia kerana menerima saya sekali lagi berkursus tahap 2 di PPK yang sedang akan tamat tidak lama lagi, walaupun saya sudah tergolong dalam kalangan lanjut usia tetapi itu tidak menghalang saya untuk menyertainya kerana bagi saya, semakin meningkat umur kita, seharusnya semakin kita lebih mendekati Tuhan melalui pelayanan. Setiap kita harus meletakkan usia tua dalam konteks penyelengaraan Allah sendiri yang adalah kasih. Menyambutnya sebagai tahap dalam perjalanan yang digunakan oleh Yesus Kristus untuk menuntun kita ke rumah Bapa ( Yoh 14 : 2)

Kursus Katekis Tahap 2 memberi banyak pengalaman yang baru dan memberi inspirasi kepada saya untuk lebih melayani dengan lebih mantap dan efektif. Lebih-lebih lagi ketika kami menjalani praktikal dalam katekesis umat berlandaskan tema Keuskupan 2016- 2017 tahun ini – Keluarga, Belia, Ibu-Bapa dan Warga Emas yang sedang berjalan mulai Januari hingga bulan April 2017 ini. Dalam perjalanan katekesis yang diadakan di setiap zon di paroki KSFX, kami diberi tugas memberi katekesis secara kontektual kepada umat. Katekesis ini memberi pengalaman kepada saya untuk berinteraksi dengan mereka mengenai kehidupan Kristian sebagai individu, keluarga KKD dan masyarakat, disamping mengalami cinta kasih Tuhan melalui pendedahan katekesis berdasarkan firman Tuhan.

Praktikal yang dijalankan mengajar saya juga untuk lebih peka kepada pekerjaan Roh Kudus dalam pelayanan saya. Saya percaya, pelayanan yang telah kami lakukan di ZON atau KUK, adalah kerana Roh Kudus yang menyertai kami.

Harapan saya adalah agar terus dapat menyahut panggilan Tuhan melalui pelayanan ini dan berusaha sedaya upaya untuk berjalan bersama komuniti dalam mencapai kemuncak Jubli Perak Keuskupan KeningauSaya juga berharap kursus seperti ini dapat diteruskan dan lebih ramai lagi anak muda terutamanya mengambil peluang belajar di PPK kerana kursus ini sangat penting dalam membantu perkembangan iman umat kita. Semoga Tuhan memberkati , AMEN! (Katekis Francis Gangang)

Sharing is caring!