TANAH YANG BAGAIMANA?

HARI MINGGU BIASA KE – 15( A )

Bc.1. Yes 55:10-11                  Bc.2. Rom 8:18-23                  Bc.3. Mat 13:1-23

Benih dan tanah adalah dua perkara yang saling berkait rapat.  Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, benih memerlukan tanah yang baik.  Benih adalah gambaran Firman Allah tumbuh dan berkembang, maka manusia diajak untuk menjadi tanah yang baik.  Untuk menjadi tanah yang baik, perlu usaha bersama-sama, saling menguatkan antara lain melalui perayaan Ekaristi mahupun perayaan Sabda.

Tanah Yang Bagaimana?

Pada waktu itu Yesus sedang dikerumuni oleh begitu banyak orang (13:1-2). Yesus bahkan perlu berpindah tempat dari rumah ke pantai dan dengan menaiki perahu supaya lebih ramai orang dapat mendengarkan Dia.

Orang ramai begitu ghairah dengan semangat yang luar biasa mendengar pengajaran yang Yesus sampaikan. Tetapi persoalannya. apakah semua yang mendengarkan itu akan sungguh-sungguh memberikan respon yang luar biasa terhadap firman Tuhan? Dari perumpamaan yang disampaikan, tidak semua memberikan respon yang sama. Tidak semua menghasilkan buah yang diharapkan. Di manakah letak perbezaannya? Apakah firman Tuhan kurang berkuasa untuk menyentuh orang-orang tertentu? Sedangkan dalam bacaan pertama dari Kitab Yesaya; “Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke sana melainkan mengairi bumi. Demikianlah Firman yang keluar dari mulut-Ku; Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia.”

Perumpamaan ini banyak menyentuh tentang tindakan “mendengar”. Dalam petikan Injil Matius ini kata dasar “mendengar” muncul lebih dari sepuluh kali.  Apa yang dimaksudkan dengan “mendengar” dalam petikan ini adalah bukan sekadar mendengar dalam erti yang hurufiah. Nasihat “sesiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” yang diucapkan di akhir perumpamaan (13:8) menyiratkan bahawa diperlukan lebih dari sekadar indera pendengaran untuk menaati nasihat ini.  Maksud “mendengar” di sini  ialah “melihat”, “mengerti”, atau “menanggap” (13:13-15) atau lebih kepada  “mendengar” secara rohani.

Mereka yang hatinya tuli tidak akan mampu mendengar secara rohani, walaupun kebenaran disampaikan berkali-kali kepada mereka.  Ketidakmampuan mereka untuk mengerti bukan disebabkan oleh perumpamaan yang mengandung teka-teki. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka menjadi alasan Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan (ayat 13 “Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti”). Mereka pada dasarnya memang tidak mau mendengar dan mengerti dengan benar. Kegagalan mereka dalam memahami perumpamaan yang sederhana semakin membuktikan keadaan rohani mereka yang sebenarnya.

 Keadaan hati seseorang akan nampak pada kelakuan seseorang itu. Begitu juga dengan sikap hati orang terhadap firman Tuhan.  Tuhan Yesus menyentuh tentang empat respon yang berbeza. Respon dari yang pertama hingga ketiga adalah respon yang negatif, yang terakhir adalah yang benar. Marilah kita melihat satu persatu.

Pertama, benih yang jatuh di tepi jalan dan dimakan habis oleh burung (13:4).  Ini merujuk kepada mereka yang mendengar firman Tuhan, tetapi tidak mengertinya (13:19).

Inti persoalan terletak pada keadaan tanah di tepi jalan yang keras. Hati yang keras dan kering (13:19 “yang ditaburkan dalam hati orang itu”) tidak bersedia untuk ditaburi firman Tuhan.

Kedua, benih yang jatuh di tanah yang berbatu sehingga tidak berakar dan mudah layu (13:5-6). Tanah di atasnya hanya tipis (13:5).

Benih yang ditabur dengan cepat menunjukkan pertumbuhan, Persoalannya, akar itu seharusnya terus masuk lebih dalam untuk mendapatkan air tetapi tidak dapat dilakukan karena terhalang tanah yang berbatu. Akar yang pendek membuat tanaman yang tumbuh dengan cepat menjadi layu dan kering.

Arti dari bagian ini diberikan di ayat 20-21. Sebahagian orang menunjukkan ghairah atau semangat yang luar biasa terhadap firman Tuhan. Mereka segera menerimanya dengan gembira, ada hasrat yang besar, ada luapan sukacita. Namun, hal ini hanya sebentar saja, kerana tidak mengakar. Apabila ada cabaran penindasan dan penganiayaan, semangat itu pun hilang.  Seperti juga sebagai contoh, ketika menghadiri seminar penyegaran iman, seseorang itu dalam beberapa hari akan melaung-laungkan “alleluia..aleluia..” tetapi selang beberapa minggu apabila semangat sudah mula pudar dan berdepan dengan realiti sebenar kehidupan, bukan lagi “alleluia..tetapi.. “allelupa!”

Injil memang membawa sukacita. Keselamatan kekal dan damai sejahtera diberikan (Rom 5:1-2). Walaupun demikian, tetapi tidak semua orang yang bergembira pada saat mendengarkan injil telah menerima injil itu dengan sungguh-sungguh. Sukacita sejati dari injil bersifat kekal dan tidak dibatasi oleh keadaan. Sukacita ini bahkan semakin terlihat jelas pada waktu ada penderitaan.

Ketiga, benih yang jatuh di semak duri sehingga mati terhimpit oleh semak itu (13:7). Salah satu musuh para petani adalah rumput liar dan semak duri. Kadangkala rumput liar dan semak sudah dicabut, tetapi sisa akarnya masih tertinggal di dalam tanah. Akibatnya, mereka dengan cepat bertumbuh kembali, bahkan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Jenis benih yang ketiga ini merujuk pada orang-orang yang mendengar firman tetapi kecenderungan terhadap hal-hal duniawi membuat mereka tidak dapat berbuah (13:22). Keutamaan terhadap dunia membuat mereka tidak berani berkorban demi pertumbuhan rohani mereka.

Keempat, benih yang jatuh di tanah yang subur dan berbuah banyak (13:8). Menghasilkan buah 10 kali lipat adalah banyak, lebih-lebih lagi berbuah 30, 60, atau 100 kali lipat menunjuk pada hasil yang sangat banyak. Benih yang ke-4 ini menunjuk pada mereka yang mendengar dan mengerti firman Tuhan.

Perubahan terjadi di dalam hati, bukan hanya pada batas fikiran atau perasaan belaka. Perubahan ini juga terus-menerus, tidak peduli di tengah situasi seperti apapun.

Sebagai penutup, kita perlu menandaskan bahawa penerimaan firman mengandung sisi ilahi dan insani. Di satu sisi, kita membutuhkan kasih karunia Allah untuk menerima firman itu. Di sisi lain, kita sendiri perlu mengembangkan sikap yang benar terhadap firman Tuhan. Kita harus menjaga dan mempersiapkan hati kita. Oleh anugerah-Nya, kita pasti akan berbuah lebat bagi kemuliaan Allah.

Allah Bapa, sumber kehidupan sejati, kami bersyukur kerana Engkau telah menaburkan Sabda-Mu dalam hati kami dan memberi kami rezeki kehidupan. Semoga kami semakin setia melaksanakan Sabda-sabda-Mu itu sehingga kami dapat menghasilkan buah yang melimpah, baik dalam kehidupan di dunia ini mahupun kelak bagi kehidupan abadi kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

Sharing is caring!