HARI MINGGU BIASA KE 30 (A)
Bc.1. Kel.22:21-27 Bc.2. 1Tes.1:5c-10 Bc.3. Mat. 22:34-40
Apakah engkau mengasihi Aku? (Yoh 21:12). Pertanyaan itu adalah pertanyaan Yesus kepada Simon anak Yohanes. Sebanyak tiga kali Yesus bertanya, tiga pertanyaan itu juga ditujukan kepada kita di zaman sekarang. Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya?. Yesus bertanya sebanyak tiga kali, itu bererti KASIH itu merupakan sesuatu yang sangat penting, yang perlu dimiliki oleh setiap peribadi yang mengakui dan mengimani serta menjadi murid Yesus. Apakah kita sudah mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi?. Orang yang beriman adalah mereka yang hidupnya berlandaskan KASIH dan menghasilkan buah-buah KASIH.
Mentaati Hukum Allah tanpa KASIH adalah Kehampaan
Seorang perempuan dipaksakan menikah oleh orang tuanya dengan seorang lelaki yang tidak dicintainya. Selepas pernikahan, setiap hari dia melayani suaminya kerana kewajipan sebagai seorang isteri. Namun suaminya sangat mencintainya sehingga mengubah sikap isterinya. Setelah sekian lama hidup sebagai suami isteri, lama kelamaan si isteri jatuh cinta kepada suaminya. Sejak itu dia melayani suaminya bukan kerana kewajipan tetapi kerana cinta. Kedua pasangan itu pun hidup bahagia. Si isteri tidak lagi merasa hampa kerana kewajipan, tetapi hidup penuh sukacita kerana bunga-bunga KASIH sayang yang mendasari hidup mereka berdua.
Dalam bacaan Injil, pertanyaan ahli Taurat bermaksud menguji Yesus kerana tidak ada satu pun dari hukum Musa yang mendapat prioriti lebih tinggi untuk ditaati (Mat 22:36). Yesus tidak dapat dicobai melalui apa pun bentuk pertanyaan, sebaliknya Yesus membawa ahli Taurat kepada hakikat ketaatan kepada Pemberi Hukum Taurat. Hal yang lebih penting bukan melakukan hukum secara hurufiah tetapi bagaimana mentaati hukum itu dalam rangka mentaati Dia yang memberikan hukum-Nya. Hukum-hukum yang diberikan Allah mencerminkan hakikat-Nya sendiri iaitu KASIH dan BUKAN KEWAJIBAN. Itulah sebabnya mentaati hukum-Nya kerana kewajipan akan terasa berat, susah, dan hampa. Tetapi KASIH kepada Allah itulah yang menjadi dasar mentaati hukum-Nya.
Semua hukum digenapi dalam satu kata iaitu KASIH (Rm 13:10). Semua kepatuhan bermula dari KASIH sayang, dan tidak ada satu pun dalam agama yang dapat dilakukan dengan benar jika tidak ada rasa KASIH terlebih dahulu. KASIH adalah rasa sayang yang menuntun, yang memberikan hukum dan landasan bagi hukum-hukum lain. Karena itu, sebagai benteng utama, KASIH itu harus diberikan dan dipertahankan bagi Allah. Manusia adalah ciptaan yang dibentuk untuk KASIH, karena itu hukum yang tertulis di dalam hati adalah hukum KASIH. KASIH adalah satu kata yang singkat dan manis. Bila KASIH itu memenuhi hukum, pastilah kuk (beban) sesuatu perintah akan terasa sangat mudah dan menyenangkan.
Mengasihi Allah adalah perintah pertama dan terutama dari semua hukum, dan merupakan intisari dari semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang pertama. Tindakan KASIH yang dilakukan dengan benar akan memberikan kedamaian sejati dalam hati. Kebaikan adalah tujuan yang tepat dan benar dari KASIH. Maka sudah layak dan pantasnya bahawa, Allah yang kebaikan-Nya tidak terbatas, tidak pernah berhenti sejak permulaan, sekarang dan sampai selama-lamanya, harus menjadi yang pertama-tama untuk dikasihi, tidak tepatlah jika ada yang dikasihi selain Dia dan apa yang dikasihi karena Dia. KASIH adalah hal pertama dan terutama yang dituntut Allah dari diri kita, dan karena itu menjadi hal pertama dan terutama yang kita persembahkan kepada-Nya.
Untuk mengasihi Allah sebagai Allah Bapa kita, maka, Kasihilah Tuhan, Allah mu seperti milikmu sendiri. Perintah yang pertama adalah, Janganlah ada padamu allah lain, yang secara tidak langsung menyatakan kita harus memiliki Dia sebagai Allah kita, dan hal ini akan menarik kita kepada-Nya. Mengasihi Allah seperti milik kita sendiri adalah mengasihi Dia kerana Ia adalah milik kita, Pencipta kita, Pemilik kita, dan Penguasa kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki sikap layaknya Dia milik kita, dengan segala ketaatan dan ketergantungan kepada-Nya. Kita harus mengasihi Allah sebagaimana Dia telah diperdamaikan dengan kita, dan Dia telah memberikan diri-Nya menjadi milik kita melalui perjanjian-Nya sendiri. Itulah dasarnya mengapa Dia adalah Allah mu dan Allah ku.
Mengasihi Dia dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi kita. Beberapa orang berpendapat bahawa ketiga perkara ini menunjukkan sesuatu yang sama, iaitu mengasihi Dia dengan segenap kekuatan kita. Sementara ada juga yang membezakan ketiga hal itu dengan mengatakan bahawa yang dimaksudkan dengan hati, jiwa, dan akal budi adalah kehendak KASIH sayang, dan pengertian, atau indera kemampuan yang sangat penting untuk hidup, meliputi kemampuan berperasaan dan berfikir, serta kehendak bebas. KASIH kita kepada Allah haruslah KASIH yang tulus, bukan hanya kata-kata di lidah sahaja, seperti mereka yang berkata KASIH kepada Dia, tetapi hati mereka tidak bersama Dia. KASIH itu haruslah KASIH yang kuat, kita harus mengasihi Dia di tingkat yang paling dalam. Sebagaimana kita harus memuji Dia, begitu juga kita harus mengasihi Dia, dengan segenap batin kita (Mzm 103: 1). Sesungguhnya semua kasih kita terlalu kecil untuk dipersembahkan kepada-Nya, karena itu segenap kekuatan jiwa harus ditujukan dan dibawa kepada-Nya.
KASIH itu haruslah tunggal dan terunggul (satu dan satu-satunya), kita harus mengasihi-Nya lebih dari segala sesuatu. Inilah seluruh alur yang harus dilalui oleh KASIH sayang kita. Hati harus utuh (kesatuan) dalam mengasihi Allah, tidak boleh terbagi-bagi. Dalam kata lain, mengasihi Allah harus dengan hati yang “total” dan “holistik”. Singkatnya mengasihi Allah dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi ertinya mengasihi-Nya secara total dan holistik. Total bererti seluruhnya, holistik ertinya utuh dan sejati. Tidak boleh mengasihi Allah hanya dengan pikiran (kemampuan nalar/kognitif) sahaja, tetapi juga dengan seluruh perasaan (afeksi). Itupun belum cukup, mengasihi Allah tidak cukup dengan mengenal dan mencintai-Nya, namun harus nampak dan terungkap dalam seluruh realiti kehidupan sehari-hari melalui tindakan (psikomotorik, melibatkan seluruh anggota badan/fisik), sebagaimana yang diungkapkan oleh Yakobus “Jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati”(Yak 2:17). Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Ketaatan pada hal ini (hukum pertama dan terutama) menjadi sumber ketaatan bagi semua hukum yang lain. Semua undang-undang lain akan diterima jika mengalir dari KASIH itu.
Mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri adalah hukum utama yang kedua (Mat 22:39). Hukum ini sama dengan yang pertama. Hukum ini merangkum semua perintah yang tertulis di atas loh batu yang kedua, seperti halnya dengan yang pertama. Hukum ini sama dengan hukum yang pertama, kerana hukum ini diadakan atas dasar dan mengalir dari satu sumber iaitu KASIH. KASIH yang benar kepada saudara kita, mereka yang dapat kita lihat, adalah contoh dan bukti KASIH kepada Allah, yang tidak dapat kita lihat (1Yoh 4:20).
Telah ditetapkan bahawa kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri. Kita harus menghormati dan menghargai semua orang, dan tidak boleh melakukan kejahatan atau merugikan siapa pun. Harus memiliki niat baik kepada semua orang, keinginan yang baik bagi semua orang, dan jika ada kesempatan kita harus berbuat baik kepada semua orang. Kita harus mengasihi sesama kita manusia seperti diri kita sendiri, dengan sikap jujur dan tulus seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bahkan di dalam banyak hal kita harus menyangkal diri demi kebaikan sesama kita. Kita harus menjadikan diri kita sebagai pelayan demi kesejahteraan orang lain, dan bersedia mengorbankan milik kita, bahkan mengorbankan diri kita demi kebaikan orang lain.
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat 22:40). Ertinya, kedua hukum ini adalah intisari dan isi dari semua perintah yang berkaitan dengan pengamalan dan penghayatan serta ungkapan iman secara praktis. Semua hukum tergantung pada hukum KASIH. Jika hukum KASIH dihapuskan, maka semua hukum yang lain akan gugur dan tidak ada gunanya lagi selain kehampaan. Inilah roh dari hukum Taurat, yang menghidupkan menggabungkan, dan menyatukan hukum Taurat. KASIH menjadi akar dan sumber bagi apa pun yang dianggap kewajipan.
Seluruh Alkitab, bukan hanya hukum Taurat dan kitab nabi-nabi sahaja, tetapi juga Injil, menuju kepada KASIH yang adalah merupakan buah iman, dan bahawa kita mengasihi Allah di dalam Kristus dan sesama kita hanya demi kepentingan-Nya. Semua bergantung pada kedua perintah ini. Semua perintah yang lain terpaut pada pelaksanaan kedua hukum utama tersebut. Kerana, KASIH adalah kegenapan hukum Taurat (Rm 13:10) dan tujuan hukum Taurat adalah KASIH (1Tim 1: 5).
Hukum KASIH itu adalah paku, seperti paku yang tertancap, diberikan oleh seorang gembala (Pkh 12:11) padanya tergantung semua kemuliaan hukum Taurat dan kitab Nabi-nabi (Yes 22:24) suatu paku yang tidak akan pernah dicabut, kerana pada paku ini akan tergantung semua kemuliaan Yerusalem baru dalam kekekalan. KASIH tidak berkesudahan. Sebab itu, biarlah hati kita diserahkan ke dalam kedua hukum utama ini untuk dibentuk serta dibangun olehnya. Maka perlu dengan bersungguh-sungguh mempertahankan dan mewujudkan kedua hukum ini, bukan dalam pemikiran, sebutan-sebutan atau kata-kata sahaja, tetapi dalam seluruh aspek dan sudut kehidupan kiranya dipenuhi dan dikuasai oleh KASIH.
Cadangan Soalan untuk Refleksi peribadi dan perkongsian Komuniti Kristian Dasar (KKD)
- Adakah kewajiban-kewajiban yang harus anda lakukan setiap hari? Mengapa dan bagaimana anda melaksanakan kewajiban-kewajibanmu itu setiap hari? Apakah anda melaksanakannya kerana itu adalah tanggungjawab anda? Apakah anda melaksanakannya dengan tulus ikhlas?
- Setiap hari minggu anda akan datang ke gereja untuk sembahyang? Adalah anda melakukannya kerana tugas atau tanggungjawab?
Allah Bapa Yang Mahabaik, kami bersyukur kerana Engkau telah mengutus Putera-Mu memberi kekuatan baru bagi kami. Kami mohon dampingilah kami dalam menghayati iman dan mewujudkan kasih serta dalam perjalanan kami menuju Kerajaan-Mu di syurga. Sebab, Dialah Tuhan, Pengantara kami.