
MANUSIA MUDAH LUPA
Renungan Hari Minggu Palma (B)
Mrk. 11:1-10
Yes.50:4-7; Flp.2:6-11; Mrk.14:1 – 15:47
Kita sudah sampai pada minggu yang sangat penting – Minggu Suci. Minggu Suci bermula dengan memperingati Yesus memasuki kota Yerusalem pada hari minggu Palma dan kemudian berpuncak pada kemuliaan Yesus apabila Dia bangkit pada minggu Paska.
Dengan merenungi kisah kesengsaraan Yesus tersebut, kita sebenarnya boleh mempelajari banyak perkara yang boleh menjadi pedoman hidup kita setiap hari. Bahawa sikap manusia yang mudah berubah-ubah dan mudah lupa. Pada waktu Minggu Palma, orang ramai berteriak-teriak, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Yoh 12:13). Tetapi tidak lama kemudian, iaitu pada hari Jumaat Agung, orang-orang yang sama itu berteriak, “Salibkanlah Dia!” (Mk 15:13-14).
Salah satu contoh gambaran yang jelas tentang sikap manusia yang mudah berubah-ubah ini adalah sikap Petrus sendiri. Ketika Yesus memberi tahu para murid-Nya bahawa, “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan… lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (Mk 8:31). Tetapi Yesus memarahi Petrus, “Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang difikirkan Allah, melainkan apa yang difikirkan manusia” (Mk. 8:33).
Sesudah malam perjamuan terakhir selesai, dengan penuh kesedihan Yesus mengatakan bahawa mereka semua akan tercerai berai apabila melihat-Nya dikhianati dan ditangkap oleh pihak yang berkuasa. Namun tanpa berfikir panjang, Petrus bangkit langsung berkata dengan penuh kepastian dan bersemangat, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak” (Mk.14:29). Apabila Yesus mengatakan bahawa dia akan menyangkal-Nya, dengan tegas Petrus menjawab, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau aku takkan menyangkal Engkau” (Mt. 14:31). Lagi-lagi Petrus dengan sikapnya yang terlalu ego itu.
Di sini kita dapat melihat Petrus, walaupun pada suatu masa dia pernah mengakui bahawa Yesus itu adalah Sang Mesias, namun akhirnya tidak sanggup menerima kenyataan bahawa Yesus harus mengharungi proses kesempurnaan-Nya untuk penyelamatan manusia.
Apabila apa yang dikatakan oleh Yesus itu mulai terjadi, Petrus langsung menolak Yesus kerana dia masih berpegang pada pemikirannya yang lama. Tetapi apabila dia mendengar ayam jantan berkokok, dia menyesal lalu menangis. Petrus yang sudah berjanji untuk tetap setia pada Yesus itu, pasti merasa sungguh dipermalukan oleh sikapnya sendiri yang menyangkal Yesus itu. Mujurlah dia dapat menghubungkan kokokan ayam jantan tersebut dengan pernolakan terhadap Yesus, yang akhirnya menyedarkan dia bahawa untuk mengikuti, mengasihi, dan setia kepada-Nya, bukanlah atas kekuatannya sendiri. Kesemuanya ini adalah anugerah daripada Tuhan sendiri. Akhirnya Petrus menyedari juga bahawa selain Tuhan, dia sebenarnya tidak mempunyai apa-apa erti. Betul juga perumpamaan yang sering kita dengar: “Sudah terantuk baru tergadah,” sangat sesuai untuk kita renungkan bersama dengan kepribadian Petrus dan juga peribadi kita sendiri.
Jika kita renungkan betul-betul, kokokan ayam jantan tersebut sebenarnya merupakan kokokan penyelamatan bagi Petrus. Sama seperti Petrus, kita sendiri pun mempunyai sejarah pelbagai penyangkalan terhadap Yesus baik dahulu, sekarang dan pastinya yang akan datang. Tidak seperti Petrus sebelum ayam tersebut berkokok, kita menerima Yesus yang sudah disalibkan dan sudah bangkit pula. Namun kita kurang menyedari bahawa menerima Yesus bererti kita harus menghidupi sabda-Nya. Sebaliknya kita hidup seakan-akan Yesus itu kurang penting dan bukannya merupakan pusat kehidupan kita. Namun, kita berharap, mudah-mudahan penolakan serta dosa-dosa yang kita lakukan dapat menyedarkan kita daripada realiti kehidupan yang sedang kita jalani dan kembali kepada-Nya.
Untuk menjadikan semua ini bakal terjadi, maka kita perlu belajar mendengar “kokokan ayam jantan” seperti yang dilakukan oleh Petrus. Bahawa, mengikuti Yesus, bererti mematikan diri sendiri dan hidup di dalam-Nya. Kita perlu sentiasa belajar bahawa segala bentuk penolakan kita terhadap Yesus serta pelbagai dosa-dosa yang kita lakukan, apabila betul-betul kita mengakuinya dan bertaubat, maka ‘kokokan ayam jantan’ di dalam kehidupan kita akan menjadi suatu penyucian dan pembaharuan yang mana akan menunjukkan kita ke kehidupan yang baru, suatu kehidupan dengan dan di dalam Yesus.
Seperti Petrus dan orang-orang yang pada mulanya berteriak “Hosana” dan kemudian berteriak “Salibkan Dia” itu, bukankah kita pun selalu menolak Yesus dengan pelbagai gaya hidup harian kita? Misalnya, jika kita tidak mematuhi undang-undang umum, maka itu tanda kita menyangkal Yesus. Demikian juga suami isteri yang saling menipu, ibu bapa yang tidak mempedulikan anak-anak mereka kerana lebih pentingkan diri dan aktiviti-aktiviti sosial mereka. Atau jatuh cinta dengan orang yang tidak seagama, rela menukar agama dengan alasan, “Saya sudah ditakdirkan kahwin dengan dia.” Apakah apabila kita mengalami pelbagai perkara yang menyedihkan membuat kita putus asa, sakit, gagal dan 1001 macam perkara yang menyedihkan kita tidak melupakan Tuhan?
Semoga bermula pada hari ini dan seterusnya, sementara kita merenungi kisah sengasara kematian dan kebangkitan Yesus, marilah kita membaharui komitmen kita untuk tetap setia pada-Nya walaupun terpaksa bergelut untuk mematikan keinginan diri kita supaya Yesus menjadi nombor satu di dalam kehidupan kita. Akhirnya, marilah kita dengan penuh rendah hati berlutut serta memeriksa segala kesilapan yang membut kita menolak Yesus, menerima sakramen pertobatan serta mohon anugerah kesetiaan terhadap-Nya. (JL)
Cadangan soalan refleksi peribadi dan perkongsian KKD:
- Agama bukan hanya sebagai simbol status seseorang. Tetapi bagaimanakah
seharusnya hidup kita sehaluan dengan ajaran agama kita? - Agama mempunyai empat tahap: ‘Dikenali, difahami, dihayati dan dihidupi’.
Menurut anda, sampai tahap ke berapa sahaja yang seringkali anda laksanakan dalam kehidupan anda ketika ini? Kalau tidak sampai ke tahap menghidupi agama, mengapa dan bagaimana memperbaikinya lagi?
Cadangan aktiviti minggu ini:
Renungkan perjalanan hidup anda selama ini dan perhatikan kesulitan-kesulitan
hidup yang paling menyakitkan. Anggaplah pengalaman tersebut sebagai pembangkit semangat anda untuk kembali kepada Tuhan dan berazam untuk membaharui kesetiaan anda terhadap Tuhan, melalui amalan kesetiaan terhadap pasangan, tanggung jawab, pekerjaan dan pelayanan.
You may also like
You may be interested
BIJAK MEMILIH YANG BAIK
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-32 (A) Keb 6:13-17; 1Tes 4:13-18;...
KITA BERUSAHA TETAPI TUHANLAH YANG MENENTUKAN
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-33 (A) Ams 31:10-13.19-20.30-31; 1Tes 5:1-6;...
YESUS KRISTUS BERTAKHTA DI HATI KITA
Renungan Hari Besar Kristus Raja Yeh 34:11-12.15-17; 1Kor 15:20-26.28; Mat...
By admin
Archives
- May 2025
- April 2025
- March 2025
- February 2025
- January 2025
- December 2024
- November 2024
- July 2024
- June 2024
- May 2024
- April 2024
- March 2024
- February 2024
- January 2024
- December 2023
- November 2023
- October 2023
- September 2023
- August 2023
- July 2023
- June 2023
- May 2023
- April 2023
- March 2023
- February 2023
- January 2023
- December 2022
- November 2022
- October 2022
- September 2022
- August 2022
- May 2022
- February 2022
- December 2021
- July 2019
- May 2019
- April 2019
- March 2019
- February 2019
- January 2019
- December 2018
- November 2018
- October 2018
- September 2018
- August 2018
- July 2018
- June 2018
- May 2018
- April 2018
- March 2018
- February 2018
- January 2018
- December 2017
- November 2017
- October 2017
- September 2017
- August 2017
- July 2017
- June 2017
- May 2017
- April 2017
- March 2017
- February 2017
- January 2017
- December 2016
- September 2016
- August 2016
- July 2016
- June 2016
- May 2016
- April 2016
- March 2016
- February 2016
- January 2016
- December 2015
- November 2015
- October 2015
- September 2015
- August 2015
- July 2015
- June 2015
- May 2015
- April 2015
- March 2015
- February 2015
- January 2015
- December 2014
- November 2014
Calendar
S | M | T | W | T | F | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | ||||
4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 |
11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 |
18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 |
25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
Categories
- Ad Gentes
- Alamat
- Apostolicam Actuositatem
- ARTIKEL
- Belia
- BERITA BERGAMBAR
- BERITA SYD6
- Betania
- BISHOP
- Christus Dominus
- Dei Verbum
- Dignitatis Humanae
- Dokumen Gereja
- Franciscan Sisters of the Immaculate Conception
- Gaudium et Spes
- Gereja Roh Kudus Sook
- Gravissimus Educationis
- Holy Cross Toboh
- Inter Marifica
- KKAK
- KOMISI
- Komisi Katekatikal
- KOMUNITI
- KSFX
- La Salle Brothers
- Lambang Keuskupan
- LOKAL
- LUAR KEUSKUPAN
- Lumen Gentium
- MENGENAI SYD6
- Nostra Aetate
- Optatam Totius
- Orientalium Ecclesiarum
- PADERI
- Para Paderi
- PAROKI
- Perfectae Caritatis
- PPK
- Presbyterorum Ordinis
- Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nulu Sosopon
- Putri Karmel & CSE
- Risalah
- RRKK Purun
- RRKK Tatal
- Rumah Doa
- Rumah Kanak-Kanak Bondulu
- Sacrosanctum Concilium
- Santapan Rohani
- SEJARAH
- SEJARAH KEUSKUPAN KENINGAU
- Sisters of the Infant Jesus
- St Anthony Tenom
- St Mary Kemabong
- St Patrick Membakut
- St Peter Bundu
- St Theresa Tambunan
- St Valentine Beaufort
- St Yohanes Sipitang
- SYD6
- Uncategorized
- Unitatis Redintegratio
- Uskup
- Visi dan Misi