
ENGKAULAH APA YANG ENGKAU FIKIRKAN
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-22 (B)
Ul.4:1-2,6-8; Yak.1:17-18,21-22,27; Mrk. 7:1-8,14-15,21-23
Pengalaman menulis renungan dan berkhotbah di depan umat bertahun-tahun lamanya memang meneguhkan iman saya sendiri dan sesama yang membaca dan mendengarkannya. Tetapi tidak kurang juga ada segelintir umat merasa tergugat kedudukannya sehingga saya sering mendapat surat layang, telepon, e-mail atau ‘SMS’ dengan nada agak mengancam: “Awas, hati-hati renungan dan khotbah kamu itu. Jangan terlalu peribadi sehingga menyakitkan hati.” Ada juga yang memberi komen, “Setiapkali saya ke gereja hari minggu, hati saya disakiti kerana kisah kesalahan masa lalu saya terungkit.” Dan ada yang menambah: “Kalau begitu lebih baik saya tidak ke gereja lagi.” Namun yang paling menarik dan tidak akan pernah saya lupakan adalah komen sahabat saya sendiri, “Mulai hari ini kita putus hubungan persahabatan,” hanya kerana gara-gara renungan yang ada imbasan tentang kehidupannya yang memang tidak senonoh.
Nampaknya sifat manusia yang menganggap orang lain sebagai musuh apabila segala bentuk dosa dan kesilapan dibongkar walaupun secara tidak langsung itu merupakan naluri semulajadi. Dan mengalihkan perhatian daripada kenyataan yang sebenarnya dengan cara menuduh orang lain yang bersalah. Seperti kata pepatah, “Tidak ada orang yang mengaku berak di tengah jalan.”
Betapa sering kita berhadapan dengan orang-orang yang membenarkan kemarahan mereka terhadap Gereja dan ajaran-ajaran-Nya, dengan cara mencari kesalahan-kesalahan orang-orang tertentu terutama para pemimpin Gereja.
Di dalam Injil hari ini kita mendengar Yesus sentiasa mencabar orang-orang Farisi sebab perkataan dan tindakan mereka tidak konsisten. Kali ini orang-orang Farisi membuat satu isu bahawa murid-murid Yesus makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu sesuai dengan adat istiadat orang-orang Farisi. Berasaskan isu ini, maka nampaknya orang-orang Farisi mendapat alasan untuk tidak mendengar cabaran Yesus itu. Lalu Yesus ‘hilang’ kesabaran-Nya terhadap kedegilan mereka itu lalu memetik kata-kata nabi Yesaya, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, pada hal hatinya jauh daripada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”
Yesus seterus memperkatakan tentang kepentingan hati. Bahawa apa yang paling penting adalah bukan apa yang masuk ke dalam diri seseorang tetapi apa yang keluar daripadanya. Iaitu sikap dan tingkah lalu. Melalui sikap dan tingkah laku kita, dapat memperlihatkan apa yang tersirat di dalam diri kita. “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala fikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakhan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.” (Mk 7:21-22).
Perbezaan yang sangat ketara di antara Yesus dan orang-orang Farisi itu adalah terletak pada unsur-unsur dalaman dan luaran. Orang-orang Farisi melihat hal-hal lahiriah tetapi Yesus melihat hati, yang adalah merupakan sumber segala kejahatan. Orang-orang Farisi menumpukan aktiviti penyempurnaan hukum tetapi Yesus melihat pada kegiatan cinta kasih dan komitmen. Orang-orang Farisi melihat pada ayat-ayat hukum tetapi Yesus melihat dari segi semangatnya.
Segala peraturan dan adat kebiasaan adalah baik. Tetapi jika ianya dilaksanakan dengan semangat yang salah, ianya dapat meruntuhkan manusia itu sendiri. Inilah sebabnya mengapa Yesus menegur orang-orang Farisi apabila mereka sengaja mencari-cari kesalahan murid-murid-Nya yang makan tanpa mencuci tangan. Sebenarnya Yesus tidak menolak adat mencuci tangan itu tetapi sikap orang-orang Farisi yang suka menunjuk-nunjuk bahawa mereka itu orang suci hanya dengan mengikuti adat-adat tapi tidak menghayatinya di dalam hati.
Mungkin kita sendiri harus mengakui bahawa kekadang kita pun berlagak seperti orang-orang Farisi tersebut. Kita sangka bahawa kita adalah umat kristian yang terpuji apabila kita rajin ke gereja hari minggu, pergi menyambut Tubuh Kristus, memakai salib atau ‘medal’, ‘skapular’ dan rosari.
Bentuk-bentuk devosi seperti ini memang baik, namun ada bahayanya juga sebab boleh membawa kita hanya melaksanakan kewajiban agama secara luaran belaka.
Boleh terjadi seseorang kelihatan sangat alim, suka berdoa sebelum dan sesudah makan, baik hati, bertolak ansur tetapi kenyataannya itu semua dilakukan kerana keegoannya sahaja.
Namun jangan salah sangka, bukan saya menyatakan tidak perlu lagi ‘berdoa sebelum makan dan sesudah makan, atau ke gereja, memakai skapular dan lain-lain’. Maksud saya sesuai dengan ajaran Injil hari ini bahawa hanya dengan aksi luaran sahaja tidak akan menjadikan kita seorang yang alim.
Bernyanyi dan mengucapkan doa dengan suara yang kuat semasa Ekaristi itu penting. Begitu juga dengan menjawab, “Amin!” apabila datang menyambut Tubuh Kristus dengan suara yang kuat sehingga semua orang mendengarkannya. Tapi jika ini dibuat secara otomatik tanpa tujuan dan devosi yang ikhlas, mungkin Tuhan pun dengan nada yang sinis menegur kita, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya saja!”
Setiap minggu hampir semua umat yang hadir dalam Ekaristi, menyambut tubuh Kristus, perkara ini sungguh membanggakkan. Tapi jika kita tidak berusaha untuk mengasihi sesama kita di luar sana, bertolak ansur, murah hati dan menegakkan keadilan, maka jadilah kita orang-orang Farisi yang moden.
Amalan-amalan suci bersifat luaran tidak menjamin kita menjadi alim. Allah menghendaki kesucian yang tidak hanya melibatkan doa sahaja tetapi perlu dilengkapi dengan sikap dan tindakan, bukan manis di bibir mulut sahaja tetapi hati yang tulus ikhlas. Jika salah satu kurang, maka hipokritlah kita. Sebab menurut Oliver Wendell Holmes, “Apa yang terletak di belakang kita dan apa yang terletak di depan kita adalah persoalan kecil dibandingkan dengan apa yang terletak di dalam kita,” iaitu hati nurani dan fikiran kita. (JL)
Cadangan soalan refleksi dan perkongsian KKD.
1 Menurut Yakobus dalam bacaan kedua minggu ini, kita menipu diri kita sendiri jika kita hanya mendengar sahaja tetapi tidak melakukan firman tersebut. Mengapa demikian?
2 Menurut anda mana yang penting, mentaati hukum atau mengasihi manusia? Mengapa?
Cadangan aktiviti minggu ini.
Cuba ingat orang-orang yang tidak suka atau membenci kita. Cubalah mengasihi mereka, mula-mula di dalam hati. Buatlah perancangan bagaimana anda dapat bersemuka dengannya untuk bertegur sapa. Ingatlah kata-kata Yesus ini kepada orang-orang yang menghina-Nya semasa berasa di kayu salib. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lk.23:34).
You may also like
You may be interested
BIJAK MEMILIH YANG BAIK
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-32 (A) Keb 6:13-17; 1Tes 4:13-18;...
KITA BERUSAHA TETAPI TUHANLAH YANG MENENTUKAN
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-33 (A) Ams 31:10-13.19-20.30-31; 1Tes 5:1-6;...
YESUS KRISTUS BERTAKHTA DI HATI KITA
Renungan Hari Besar Kristus Raja Yeh 34:11-12.15-17; 1Kor 15:20-26.28; Mat...
By admin
Archives
- April 2025
- March 2025
- February 2025
- January 2025
- December 2024
- November 2024
- July 2024
- June 2024
- May 2024
- April 2024
- March 2024
- February 2024
- January 2024
- December 2023
- November 2023
- October 2023
- September 2023
- August 2023
- July 2023
- June 2023
- May 2023
- April 2023
- March 2023
- February 2023
- January 2023
- December 2022
- November 2022
- October 2022
- September 2022
- August 2022
- May 2022
- February 2022
- December 2021
- July 2019
- May 2019
- April 2019
- March 2019
- February 2019
- January 2019
- December 2018
- November 2018
- October 2018
- September 2018
- August 2018
- July 2018
- June 2018
- May 2018
- April 2018
- March 2018
- February 2018
- January 2018
- December 2017
- November 2017
- October 2017
- September 2017
- August 2017
- July 2017
- June 2017
- May 2017
- April 2017
- March 2017
- February 2017
- January 2017
- December 2016
- September 2016
- August 2016
- July 2016
- June 2016
- May 2016
- April 2016
- March 2016
- February 2016
- January 2016
- December 2015
- November 2015
- October 2015
- September 2015
- August 2015
- July 2015
- June 2015
- May 2015
- April 2015
- March 2015
- February 2015
- January 2015
- December 2014
- November 2014
Categories
- Ad Gentes
- Alamat
- Apostolicam Actuositatem
- ARTIKEL
- Belia
- BERITA BERGAMBAR
- BERITA SYD6
- Betania
- BISHOP
- Christus Dominus
- Dei Verbum
- Dignitatis Humanae
- Dokumen Gereja
- Franciscan Sisters of the Immaculate Conception
- Gaudium et Spes
- Gereja Roh Kudus Sook
- Gravissimus Educationis
- Holy Cross Toboh
- Inter Marifica
- KKAK
- KOMISI
- Komisi Katekatikal
- KOMUNITI
- KSFX
- La Salle Brothers
- Lambang Keuskupan
- LOKAL
- LUAR KEUSKUPAN
- Lumen Gentium
- MENGENAI SYD6
- Nostra Aetate
- Optatam Totius
- Orientalium Ecclesiarum
- PADERI
- Para Paderi
- PAROKI
- Perfectae Caritatis
- PPK
- Presbyterorum Ordinis
- Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nulu Sosopon
- Putri Karmel & CSE
- Risalah
- RRKK Purun
- RRKK Tatal
- Rumah Doa
- Rumah Kanak-Kanak Bondulu
- Sacrosanctum Concilium
- Santapan Rohani
- SEJARAH
- SEJARAH KEUSKUPAN KENINGAU
- Sisters of the Infant Jesus
- St Anthony Tenom
- St Mary Kemabong
- St Patrick Membakut
- St Peter Bundu
- St Theresa Tambunan
- St Valentine Beaufort
- St Yohanes Sipitang
- SYD6
- Uncategorized
- Unitatis Redintegratio
- Uskup
- Visi dan Misi