
EKARISTI SUMBER KEHIDUPAN
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-20 ( B )
Ams.9:1-6; Efe. 5:15-20; Yoh. 6:51-58
Suatu ketika saya bertemu dengan sepasang suami isteri di dalam kapal terbang MAS dalam perjalanan saya dari Kota Kinabalu ke Kuala Lumpur. Yang menarik perhatian saya terhadap pasangan ini apabila pramugari menghidangkan minuman kepada mereka, mereka memberi isyarat untuk tidak menerimanya. Apabila tiba masa makan, sebelum pramugari datang ke tempat duduk kami, pasangan suami isteri tersebut meminta saya tunjukkan mereka tandas. Apabila mereka kembali, makanan sudah terhidang di depan tempat duduk. Sang suami lalu mengeluh, “Aduh, mampus kita. Mana kita ada wang untuk bayar ini semua?”
Saya merasa prihatin terhadap pasangan tersebut lalu menjelaskan bahawa makanan tersebut adalah percuma kerana sudah termasuk di dalam harga tiket mereka. Rupa-rupanya mereka baru kali itu menaiki kapal terbang MAS. Mereka sebenarnya sering ke Kuala Lumpur melawat anak mereka yang bekerja di sana tetapi dengan penerbangan AirAsia dimana makanan dan minuman syarikat penerbangan terebut perlu dibayar oleh para penumpang kecuali jika sudah ditempah lebih awal melalui tempahan tiket penerbangan tersebut. Rupa-rupanya tidak ada orang yang memberi tahu mereka bahawa makanan dalam kapal terbang MAS sudah termasuk di dalam harga tiket.
Apabila membaca petikan hari ini terutama saya disedarkan betapa dunia ini dipenuhi dengan orang-orang seperti sepasang suami isteri tadi. Mereka mengharungi perjalanan hidup ini tanpa sedar akan jamuan kehidupan yang dihidangkan oleh Allah setiap hari untuk mereka, iaitu hidangan komuni kudus yang sudah termasuk di dalam ‘tiket kehidupan.’
Hidangan makanan yang luar biasa itu dijelaskan sendiri oleh Yesus: “Akulah roti hidup yang turun dari syurga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Ku berikan itu ialah daging-Ku, yang akan Ku berikan untuk hidup dunia” (Yoh 6:51).
Perbezaan antara Roti kehidupan dengan roti biasa sungguh tak terperikan. Apabila kita makan roti biasa, ianya akan menjadi sebagian daripada kita. Tetapi jika kita makan Roti kehidupan, ianya tidak merubah kita, tetapi kita yang berubah ke dalamnya – berubah menjadi Tubuh Kristus.
Itulah sebabnya jika kita memakanya, kita akan hidup kekal. Kita berubah menjadi Kristus yang hidup untuk selamanya.
Apabila kita merenungi perkara ini, kita akan sedar betapa sedihnya apabila kita hidup tanpa menyedari akan hidangan kehidupan yang sudah termasuk di dalam tiket kehidupan itu.
Namun ada lagi yang paling menyedihkan. Iaitu menjalani kehidupan dalam penuh kesedaran terhadap jamuan kehidupan itu tetapi menganggapnya endah tak endah serta gagal untuk menghargai dan menimba berkat daripada-Nya.
Di dalam khotbahnya Uskup Datuk Cornelius Piong sempena pembaharuan para pelayan komuni, beliau berkata, “Apabila sukar bagi kita melihat Yesus Kristus di dalam Sakramen Maha Kudus yang kita sambut dan layani itu, maka tidak hairanlah sukar bagi umat yang kita layani itu melihat Yesus Kristus di dalam kehidupan harian kita.”
Jelaslah apa yang dimaksudkan oleh uskup, bahawa sesudah menyambut, kadang-kadang kita berkelakuan seakan-akan tidak pernah menyambut Tubuh Kristus. Dengan kata lain, oleh kerana kita terlalu terbiasa menyambut Tubuh Kristus sehingga kita menganggapnya endah tidak endah sahaja. Kita gagal menghargai-Nya sehingga sikap tersebut tercermin di dalam sikap hidup kita sehari-hari.
Menyambut Tubuh Kristus merupakan suatu pengalaman yang tak terkatakan. Namun ianya lebih hebat lagi jika kita jadikan sebagai pusat doa dan kehidupan kita. Maka seandainya kita rasakan ada sesuatu yang tidak kena semasa kita menyambut komuni, mungkin kita memisahkan-Nya daripada doa sehingga penyambutan itu sendiri bukan lagi sebagai pengalaman doa tetapi hanya sekadar upacara belaka.
Maka perlu kita renungi sejauh mana doa kita sebelum dan sesudah menyambut? Apakah yang terlintas di dalam fikiran kita dan hati kita sebelum dan sesudah menyambut? Apakah kita bercakap-cakap dengan Yesus sebagai sahabat? Apakah kita mengucap syukur dan mohon pengampunan serta menyampaikan segala masalah kita kepada-Nya?
Memang sedih apa yang dialami oleh pasangan suami isteri tadi yang tidak tahu bahawa hidangan adalah percuma, sudah termasuk dalam harga tiket. Namun lebih sedih lagi jika sepanjang hidup orang tidak tahu bahawa hidangan kehidupan iaitu Ekaristi – sudah termasuk dalam tiket kehidupan.
Namun paling sedih apabila orang menjadikan seluruh perjalanan hidup ini tidak menyedari bahawa mereka sebenarnya telah menjadikan Ekaristi itu sebagai suatu kebiasaan, sebagai upacara biasa belaka.
Semasa komuni, apabila paderi atau pelayan komuni berkata: “Tubuh Kristus” kita jawab, “Amin.” Maksudnya kita mengesahkan untuk menerimanya. Namun persoalan apa sebenarnya kita sahkan tentang Sakramen Maha Kudus itu apabila kita jawab ‘Amin’? Fikir-fikirkanlah. (JL)
Soalan cadangan refleksi peribadi dan perkongsian KKD.
1 Siapakah Ekaristi itu bagi anda?
2 Menurut anda, apakah yang anda fahami apabila menyebut kata “Amin”, setiap kali menyambut Tubuh Kristus?
Cadangan aktiviti minggu ini.
Renungkan apakah selama ini iman anda sudah harmoni dengan tindakan sosial anda terhadap sesama sesuai dengan semangat Ekaristi/Ibadat sabda. Buatlah satu takwim tindakan sosial harian, mingguan, bulanan dan tahunan suatu senarai aktiviti anda, dengan keluarga dan komuniti.
You may also like
You may be interested
BIJAK MEMILIH YANG BAIK
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-32 (A) Keb 6:13-17; 1Tes 4:13-18;...
KITA BERUSAHA TETAPI TUHANLAH YANG MENENTUKAN
Renungan Hari Minggu Biasa Ke-33 (A) Ams 31:10-13.19-20.30-31; 1Tes 5:1-6;...
YESUS KRISTUS BERTAKHTA DI HATI KITA
Renungan Hari Besar Kristus Raja Yeh 34:11-12.15-17; 1Kor 15:20-26.28; Mat...
By admin
Archives
- April 2025
- March 2025
- February 2025
- January 2025
- December 2024
- November 2024
- July 2024
- June 2024
- May 2024
- April 2024
- March 2024
- February 2024
- January 2024
- December 2023
- November 2023
- October 2023
- September 2023
- August 2023
- July 2023
- June 2023
- May 2023
- April 2023
- March 2023
- February 2023
- January 2023
- December 2022
- November 2022
- October 2022
- September 2022
- August 2022
- May 2022
- February 2022
- December 2021
- July 2019
- May 2019
- April 2019
- March 2019
- February 2019
- January 2019
- December 2018
- November 2018
- October 2018
- September 2018
- August 2018
- July 2018
- June 2018
- May 2018
- April 2018
- March 2018
- February 2018
- January 2018
- December 2017
- November 2017
- October 2017
- September 2017
- August 2017
- July 2017
- June 2017
- May 2017
- April 2017
- March 2017
- February 2017
- January 2017
- December 2016
- September 2016
- August 2016
- July 2016
- June 2016
- May 2016
- April 2016
- March 2016
- February 2016
- January 2016
- December 2015
- November 2015
- October 2015
- September 2015
- August 2015
- July 2015
- June 2015
- May 2015
- April 2015
- March 2015
- February 2015
- January 2015
- December 2014
- November 2014
Categories
- Ad Gentes
- Alamat
- Apostolicam Actuositatem
- ARTIKEL
- Belia
- BERITA BERGAMBAR
- BERITA SYD6
- Betania
- BISHOP
- Christus Dominus
- Dei Verbum
- Dignitatis Humanae
- Dokumen Gereja
- Franciscan Sisters of the Immaculate Conception
- Gaudium et Spes
- Gereja Roh Kudus Sook
- Gravissimus Educationis
- Holy Cross Toboh
- Inter Marifica
- KKAK
- KOMISI
- Komisi Katekatikal
- KOMUNITI
- KSFX
- La Salle Brothers
- Lambang Keuskupan
- LOKAL
- LUAR KEUSKUPAN
- Lumen Gentium
- MENGENAI SYD6
- Nostra Aetate
- Optatam Totius
- Orientalium Ecclesiarum
- PADERI
- Para Paderi
- PAROKI
- Perfectae Caritatis
- PPK
- Presbyterorum Ordinis
- Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nulu Sosopon
- Putri Karmel & CSE
- Risalah
- RRKK Purun
- RRKK Tatal
- Rumah Doa
- Rumah Kanak-Kanak Bondulu
- Sacrosanctum Concilium
- Santapan Rohani
- SEJARAH
- SEJARAH KEUSKUPAN KENINGAU
- Sisters of the Infant Jesus
- St Anthony Tenom
- St Mary Kemabong
- St Patrick Membakut
- St Peter Bundu
- St Theresa Tambunan
- St Valentine Beaufort
- St Yohanes Sipitang
- SYD6
- Uncategorized
- Unitatis Redintegratio
- Uskup
- Visi dan Misi